Definisi kesadaran manusia sudah banyak dijelaskan oleh banyak orang tidak terkecuali seperti yang dipaparkan oleh David Hawkins yang menentukan level kesadaran berdasarkan perasaan dan frekuensi gelombang energi yang dipancarkan. Selain Hawkin, juga banyak teoris lain yang turut memberikan idenya tentang kesadaran. Namun demikian, dalam artikel ini saya hanya mengupas tingkat kesadaran berdasarkan cara manusia berrelasi dengan semestanya. Artikel ini bukan murni ide saya melainkan mendapat inspirasi dasar dari seorang pintar yang di panggil Kang Bayu dalam konten youtube Ngaji Roso dengan sedikit pengembangan dari saya pribadi.
Gambaran kesadaran (sumber: mock up buku higher self) |
Paparan tersebut saya salin dalam tulisan agar bisa saya abadikan secara pribadi dan jadi referensi bagi para pembaca juga untuk bercermin terhadap dirinya sendiri. Berikut 7 level kesadaran manusia dengan semesta diluar dirinya.
1. Egosentrisme
Kesadaran pada fase ini masih menjadikan diri sebagai senter dunianya, dimana semua kehidupan harus berpusat kepadanya. Dalam fase ini, nafsu manusia masih sangat mendominasi dirinya sendri baik nafsu syahwat, serakah, amarah, atau lawamah. Tidak sedikit pada fase ini manusia mengabaikan keberadaan Tuhan, karena cenderung bersifat materialis, egois, manipulatif. Semua dilakukan demi kepentingan dirinya sendiri dan/atau orang-orang di lingkungan sirkelnya.
2. Empati
Kesadaran pada fase ini manusia sudah mampu berempati dan menempatkan dirinya pada posisi orang lain sehingga lebih memiliki rasa empati. Dari level inilah manusia sudah memiliki belas kasih satu sama lain dimana dia bisa merasakan sakitnya atau bahagianya orang lain seolah menjadi bagian dari dirinya. Meski demikian, tidak sedikit ego yang masih melekat sehingga masih berhitung untung rugi untuk dirinya sendiri melebih rasa empatinya terhadap orang atau makhluk lain.
1. Takut
Tuhan
Pada fase kesadaran ini manusia sudah menyadari dan menghadirkan keberadaan Tuhan dalam hidupnya, namun menganggap pihak lain yang tidak sejalan dengan keyakinannya dianggap lawan yang harus disadarkan sejalan pemikirannya. Sehingga hubungan vertical dengan Tuhan seperti ibadah-ibadahnya baik, namun hubungan horizontal dirinya dengan pihak lain yaitu makhluk hidup atau alam terpisah dan dianggap permisif untuk berkonfrontasi. Tidak sedikit jenis manusia ini adalah hasil hijrah dari fase pertama dan fase kedua yang ingin mendekat pada Tuhan dalam frame beragama tertentu. Dalam fase ini manusia masih berpotensi membuat kerusakan baik bagi manusia lainnya maupun alam sekitar atas nama keyakinan yang dianutnya.
4. Jiwa yang Tenang (Mutmainah)
Pada fase ini adalah batas minimum kesadaran tertinggi dalam versi level kesadaran untuk menuju peradaban maju. Maju dalam hal ini bukan yang kita pahami seperti saat ini, melainkan manusia-manusia yang mampu mengelola segala potensi diri, di luar diri, dan Tuhan. Manusia yang sudah pada fase/level ini setidaknya tidak akan mengakibatkan keburukan bagi yang lain. Karena sudah memiliki relasi yang baik dengan dirinya, diluar dirinya, dan Tuhan. Dalam fase ini pulalah manusia menyadari bahwa hubungan diri dengan manusia lainnya tergantung seberapa dekat hubungan dia dengan Tuhannya.
5. Kesatuan Semesta ke Tuhan
Pada fase ini, manusia tidak hanya sudah berhubungan baik dengan Tuhan secara personal, namun hubungan baiknya pada manusia sudah pada level internalisasi dan representasi. Seorang manusia sudah tidak lagi memiliki kebencian dalam konteks bahwa siapapun yang hadir dalam hidupnya entah baik atau jahat adalah representasi dari imej dirinya sendiri. Alih-alih membenci, manusia yang sudah dalam fase/level ini lebih memberikan pemakluman. Tidak hanya itu, empati dirinya kepada manusia dan makhluk lain serta alam sudah sangat tinggi.
6. Manunggal
Pada fase keenam ini manusia sudah merasa menjadi satu dengan semestanya baik makhluk, alam/dimensi sekitarnya maupun dengan Tuhannya. Tidak jarang orang yang sudah sampai pada level ini telah mendapat karomah/mukjizat dari Tuhan karena persepsinya yang sudah mencapai jauh diatas rata-rata sehingga dapat menciptakan banyak keajaiban dan pengalaman spiritual tingkat tinggi. Hal ini adalah jagad alit/semesta diri dan jagad ageng/ semesta raya sudah saling menyatu dalam satu kesadaran. Manusia pada level ini sudah pasti lepas dari keinginan ego pribadinya. Hatinya murni dan suci semata-mata representasi Tuhan di bumi.
7.
1. Tidak terdefinisikan
Fase ketujuh ini sangat langka dialami oleh manusia hanya segelintir yang dikehendaki oleh Tuhan/Allah. Saking mulianya maka Bahasa tidak mampu mendefinisikannya. Menurut penuturan Kang Abu hanya dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Namun tidak menutup kemungkinan juga dialami oleh Nabi-nabi lain selain Rosulullah jika Allah Berkehendak.
Wallahualam bis showab
Berikut tadi deskripsi yang saya pahami tentang fase/level kesadaran manusia. Tidak sepenuhnya bisa menerjemahkan secara lengkap dari pemateri. Tapi minimal memberikan sedikit gambaran besar bagi pembaca untuk sebagai ilmu pengetahuan dan sekaligus mengukur diri dimana level/fase kesadaran masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar