Pada Ramadhan lalu telah terjadi 2 gerhana yaitu Gerhana bulan pada
tanggal 25 Maret atau 15 ramadhan tepat puncak purrnama, dan 8 April mendekati
Idul Fitri. Hal ini sebelumnya telah dikonfirmasi oleh NASA dan BMKG, Kedua kejadian luar bias aini memunculkan
beragam s[ekulasi termasuk kemunculan Imah Mahdi. Maka dari itu, mari kita
bedah gerhana dari berbagai sisi, mitos, iptek, sejarah, agama, spiritual.
Gerhana merupakan salah satu fenomena
langit yang dipelajari melalui ilmu
fisika cabang astronomi. Gerhana ada dua versi yaitu gerhana bulan dan gerhana
matahari, dimana sama saling menutupi ehingga memblokade cahayanya saat
memasuki bumi. Lalu seperti apa perspektif manusia dalam memahami Gerhana ini?
Gerhana Matahari (Sumber: Kompas, 2024) |
Mitos Jawa Tentang Gerhana
Pada saat astronomi belum semaju
zaman sekarang, manusia sangat takluk dengan kuasa alam termasuk gerhana. Dalam
mitos Jawa, dipahami bahwa munculnya gerhana adalah pertanda bahwa matahari
atau bulan sedang dimakan oleh buto, sesosok monster yang powerful. Konon,
ketika tengah terjadi gerhana, ibu-ibu hamil dianjurkan bahkan diwajibkan untuk
masuk dibawah kolong tempat tidur selama gerhana berlangsung hal ini
dimaksudkan agar janin yang didalam perutnya tidak termakan oleh buto juga.
Karena dihawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ketika jabang bayi
lahir seperti ketidaksempurnaan fisik atau akal.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kemunculan fenomena Gerhana kemudian
mematahkan mitos yang dipercaya masyarakat. Kenyataannya, gerhana matahari
adalah fenomena tertutupnya cahaya matahari oleh bulan ke bumi. Sedangkan
gerhana bulan adalah karena bumi berada di tengah poros antara matahari dan
bulan sehingga cahaya matahari tidak dapat dipantulkan oleh bulan.
Siapa yang pertama menemukan fenomena gerhana ini adalah barat filsuf barat bernama Thales dari Miletus. Thales lahir di Kota Miletos, Asia Kecil, sekitar tahun 630 Sebelum Masehi. Menurut Herodotos, pemikiran tersebut tercetus tahun 28 Mei 585 SM hingga berhasil mengakhiri perang antara Persia dan Lydia. Sejak saat itu, gerhana matahari diakui sebagai fenomena alam. Selain itu, Thales adalah orang pertama yang memastikan bahwa bentuk bumi bulat dan Bulan memantulkan sinar matahari.
Sejarah Dunia Tentang Gerhana
Di Tiongkok Kuno , gerhana
matahari dan bulan dianggap sebagai tanda surgawi yang meramalkan masa depan
Kaisar. Orang Tiongkok kuno percaya bahwa gerhana matahari terjadi ketika
seekor naga langit melahap matahari. Mereka juga percaya bahwa naga ini
menyerang Bulan saat gerhana bulan. catatan gerhana matahari Tiongkok kuno
menggambarkan gerhana matahari sebagai "matahari telah dimakan".
Merupakan tradisi di Tiongkok kuno untuk menabuh genderang dan periuk serta
mengeluarkan suara keras selama gerhana untuk menakuti naga. Kaisar Kekaisaran
Tiongkok Chung K'ang (2159 SM – 2146 SM) mengetahui tentang gerhana ketika dia
mendengar banyak kebisingan di jalanan saat rakyatnya mencoba mengusir naga
yang sedang memakan matahari.
Tablet Tanah Liat Babilonia
seperti di bawah ini, memberikan catatan fisik gerhana kuno yang dilihat
manusia, misalnya antara tahun 518 dan 465 SM. Para astrolog Babilonia
menyimpan catatan yang cermat tentang peristiwa-peristiwa langit termasuk
pergerakan Merkurius, Venus, matahari, dan bulan pada tablet-tablet yang
berasal dari tahun 1700 hingga 1681 SM. Catatan selanjutnya mengidentifikasi
gerhana matahari add up to pada tanggal 31 Juli 1063 SM, yang "mengubah
siang menjadi malam", dan gerhana terkenal pada tanggal 15 Juni 763 SM,
yang dicatat oleh pengamat Asiria di Niniwe. Dengan mencatat gerhana bulan dan
matahari setempat secara cermat, para astronom Babilonia mampu memprediksi
gerhana bulan dan kemudian gerhana matahari dengan cukup akurat. Alat mereka
adalah apa yang disebut siklus Saros: ini adalah periode 223 bulan sinodik
(atau 18 tahun 11,3 hari) setelah gerhana bulan dan matahari terulang
kembali.
Bangsa Yunani Kuno juga
mencatat peristiwa gerhana. Penyair Archilochus berbicara tentang gerhana
matahari add up to pada tanggal 6 April 647 SM dalam istilah mitos: “Tidak
ada yang melampaui harapan, tidak ada yang mustahil, tidak ada yang
menakjubkan, karena Zeus, ayah para Olympian, menjadikan malam dari tengah
hari, menyembunyikan cahaya matahari yang bersinar, dan rasa takut yang besar
menimpa manusia.”
Astronom Yunani terkenal, Ptolemy
(sekitar 150 M) mencatat pengamatannya terhadap gerhana di Almagest dan
menunjukkan bahwa ia memiliki skema canggih untuk memprediksi gerhana bulan dan
matahari. Ptolemy mengetahui, misalnya, rincian circle Bulan termasuk titik
simpulnya.
Pandangan Agama Islam Terkait
Gerhana
Dalam ajaran Islam, umat dihimbau
untuk melaksanakan solat gerhana ketika gerhana bulan atau gerhana matahari
terjadi. Sebagaimana terdapat dalam hadist Rosulullah:
Maka Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah.
Keduanya tidak gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu
melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah dan kerjakan salat sampai matahari
itu terang (selesai gerhana) [HR al-Bukhari].
Asbabun nuzul dari munculnya
hadist tersebut adalah karena terjadi gerhana matahari bersamaan dengan
wafatnya putra rosulullah yang bernama Ibrahim.
"Ketika Nabi Muhammad SAW
masih hidup, gerhana matahari terjadi pada hari yang bersamaan dengan wafatnya
Ibrahim atau putra Nabi SAW," (HR Bukhari).
Rasulullah SAW lantas menegaskan
dan memerintahkan muslim untuk mengerjakan sholat gerhana ketika muncul
fenomena langit tersebut. Seperti diriwayatkan dari Abu Bakrah RA, saat
Rasulullah SAW dan para sahabat tengah duduk bersama hingga tiba-tiba
terjadilah gerhana Matahari.
Setelahnya, Rasulullah SAW
berdiri menarik jubahnya hingga masuk ke dalam masjid. Beliau pun memimpin para
muslimin sholat dua rakaat hingga Matahari kembali bercahaya. Hadist himbauan
melaksanakan sholat dan berdoa ini disampaikan oleh Rosul dalam rangka
meluruskan keyakinan muslim ketika itu yang menghubungkan fenomena gerhana
dengan hari wafat putranya, Rasulullah SAW mengajak muslim untuk mengamalkan
sholat gerhana dengan tujuan mengagumi keagungan Allah SWT atas penciptaan
Matahari dan Bulan.
Namun terdapat paradoks yang terdapat dalam riwayat lain,
Rasulullah SAW bersabda,
"Tetapi dengan gerhana ini, Allah membuat para
hambaNya takut," (HR Bukhari).
Dari hadist tersebut menyampaikan
bahwa gerhana menyiratkan peringatan dari Allah agar manusia takut. Peristiwa
gerhana tersebut mengingatkan manusia pada tanda-tanda kejadian hari kiamat
atau azab akibat dosa-dosa yang pernah dilakukan.
Sudut Pandang Spiritualitas
Berbeda dengan ilmu astronomi
yang mempelajari benda langit dan karakter-karakternya, dalam spiritualitas terdapat
astrologi yang mempelajari benda langit memiliki implikasi hubungan dengan
karakter manusia. Astrologi ini dianggap pro-kontra karena masih dianggap
ramalan bahkan bagian dari ilmu sihir/gaib yang dilarang untuk dijadikan acuan
terutama bagi kaum relijius.
Meski demikian astrologi tidak
bisa disepelekan, nyatanya memang menjadi penanda akan kejadian yang terjadi di
bumi. Semisal seperti yang terjadi pada Ibrahim putra nabi Muhammad bersamaan
dengan gerhana matahari. Penanda yang lain pada abad ini yang menandai
peristiwa besar, antara lain:
1.
Gerhana matahari 21 Agustus 1914, terjadi Perang Dunia I pada tanggal 28 Juli
1914 – 11 November 1918. Meskipun perang telah terjadi, tanda gerhana
menunjukkan bahwa peperangan akan berlangsung cukup lama.
2. Gerhana matahari cincin terjadi pada hari Rabu,
19 April 1939 dan 12 Oktober 1939, sedangkan perang dunia II Meletus pada 1
September 1939 – 2 September 1945.
3.
Gerhana matahari cincin terjadi pada tanggal 26
Desember 2019. Kemudian disusul dengan covid-19 yang merebak tahun 2020
4.
Gerhana Matahari Total, tepatnya pada tanggal 8
April 2024. Konflik Timur Tengah yg dipicu dengan agresi Israel ke Palestina
dan mengkonfrontasi Iran melalui pengeboman Kedutaan Besar. Sempat disinyalir
akan terjadi Perang Dunia III, namun karena Amerika main aman jadi masih sebatas
perang regional.
Mungkin kalau ditelusuri lagi
akan lebih banyak fakta unik gerhana dengan yang terjadi paxa manusia seperti
gerhana 1998 yang kemudian tercetus reformasi dan mengakhiri rezim orba selama
32 tahun, dan masih banyak lagi.
Relasi Manusia, Bumi, dan Benda
langit
Pada saat Ibrahim putra nabi
Muhammad meninggal bersamaan dengan terjadinya matahari, Nabi langsung menepis
bahwa ada hubungan antara keduanya. Hal itu dilakukan dalam rangka agar umat
tidak gamang dengan keimanan Islam. Sebab pada saat itu, Islam masih asing dan
agama-agama nenek moyang sudah lebih popular, misal menyembah berhala, majusi
(menyembah api), Yahudi (risalah nabi Musa, Nasrani (risalah nabi Isa), dsb.
Meski demikian dalam riwayat lain
disebutkan:
"Tetapi dengan gerhana ini,
Allah membuat para hambaNya takut," (HR Bukhari).
Artinya dalam gerhana ada
tanda-tanda kekuasaan Allah yang memang berdampak pada kehidupan manusia secara
langsung maupun tidak.
Contoh yang paling tampak adanya
relasi manusia dan bumi terhadap benda langit
adalah fenomena bulan purnama. Pada saat bulan purnama gravitasi bulan
sangat tinggi terhadap bumi sehingga menyebabkan air laut pasang. Hal ini juga
berdampak pada darah manusia yang turut pasang, maka pada saat kejadian gerhana
bulan Rosulullah menganjurkan untuk berpuasa sunah purnama atau kita kenal
dengan nama Ayamul Bid.
Imam an-Nawawi dalam kitabnya,
Riyadhus Shalihin, memasukkan dalil kelima yang diriwayatkan oleh Abu Dawud. Di
bawah ini haditsnya:
"Diriwayatkan dari
Qatadah bin Milhan ra, ia berkata: 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
telah memerintah kami untuk berpuasa pada hari-hari yang malamnya cerah, yaitu
tanggal 13, 14, dan 15'."
Sains saat ini juga membenarkan
bahwa pada saat kejadian bulan purnama, kasus kejahatan lebih tinggi dikutip
dari National Center for Biotechnology Information (NCBI) melalui Kumparan
(2020), dalam periode penelitian yang mencakup tahun 1978-1982, disimpulkan
bahwa insiden kejahatan yang dilakukan pada hari bulan purnama jauh lebih
tinggi daripada pada hari-hari lainnya. Meningkatnya insiden kejahatan pada
hari bulan purnama ini kemungkinan dipicu oleh human tidal waves yang
disebabkan oleh tarikan gravitasi bulan. Tidak hanya pada manusia,
hewan-hewan juga lebih agresif pada saat
bulan purnama.
Jika bulan purnama dapat
mempengaruhi karakter manusia dan hewan, tentu berlaku juga untuk fenomena
gerhana dan fenomena langit lainnya. Namun patut disadari bahwa semua itu tidak lepas
dari Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun kita percaya adanya kekuatan benda langit,
namun semua itu tetap dalam Kuasa Allah. Sehingga perlu pemahaman yang jernih
dan keimanan yang kuat dalam membaca tanda-tanda semesta ini.
Wallahu alam bisshowab
Referensi:
Detik, 2024. Dalil Puasa Ayyamul Bidh, dari Anjuran hingga
Keutamaannya, “Dalil Puasa Ayyamul Bidh, dari Anjuran hingga Keutamaannya”
selengkapnya https://www.detik.com/jogja/berita/d-7156227/dalil-puasa-ayyamul-bidh-dari-anjuran-hingga-keutamaannya.
Diakses pada 6 April 2024
Detik, 2022. Kisah Gerhana saat Putra Nabi Muhammad SAW
Mangkat"Kisah Gerhana saat Putra Nabi Muhammad SAW Mangkat"
https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-6393211/kisah-gerhana-saat-putra-nabi-muhammad-saw-mangkat.
Diakses pada 5 April 2024
Eclipse History, 2017 Eclipse History. https://eclipse2017.nasa.gov/eclipse-history
Diakses pada 15 April 2024
Kumparan, 2020. Sains Bulan
Purnama: Manusia Gelisah, Hewan Agresif, dan Kejahatan Meningkat. https://kumparan.com/absal-bachtiar/sains-bulan-purnama-manusia-gelisah-hewan-agresif-dan-kejahatan-meningkat-1ttacWqLgJq/full.
Diakses pada 22 April 2024
NASA, 2024. Five Millennium Catalog Of Solar Eclipses https://eclipse.gsfc.nasa.gov/SEcat5/SE1901-2000.html.
Diakses pada 12 April 2024
Suara, 2019. GMC di Indonesia, Inilah Manusia Pertama yang
Memprediksi Gerhana Matahari https://www.suara.com/news/2019/12/26/142523/gmc-di-indonesia-inilah-manusia-pertama-yang-memprediksi-gerhana-matahari?page=all
Diakses pada 5 April 2024
Time and date, 2024. What the Eclipse Looked Like Near the Maximum
Point https://www.timeanddate.com/eclipse/solar/1912-april-17
Diakses pada 12 April 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar