Tulisan mengenai covid sudah banyak saya tulis terutama di blog Kompasiana berikut ini judul-judul beserta tautannya.
Pemerintah Perlu Segera Siapkan Skenario Penanganan Covid
Psikosomatis Covid-19 : Melindungi Kesehatan Mental Tak Kalah Pentingnya dengan Physical Distancing
Fakta Sila Kedua : Apakah Kurang Rasa Kemanusiaan?
Istimewanya Belahan Dunia Selatan Kebal Corona
BUkti Positive Thinking dan Positive Feeling menekan laju positif corona
Saatnya Lebih Agresif dalam Penangan Covid
Merayakan Lebaran dalam Kondisi New Normal
Alasan saya menulis lagi tentang covid karena prihatin semakin terbatasnya TPU khusus covid hingga membuat pemerintah daerah DKI Jakarta memperluas terus. Kasihan juga sama tukang gali kuburnya karena sehari mengubur jenazah 8-11 jasad. Walau ada kemungkinan kecurangan Rumah Sakit meng-covid-kan pasien yang meninggal normal. Tapi saya positive thinking aja. Klo iya, biar itu jadi urusan dia dan Tuhannya. Yang terpenting yang masih bisa untuk hidup lebih lama, kita perjuangkan dengan berbagai jalan yang halal.
Sebenarnya tulisan kali ini tidak terlalu berbeda jauh dengan sebelum2nya tapi saya lampirkan dalam bentuk cerita supaya lebih membumi dan mengena. Bahwa sepaten-patennya maut, ada kalanya flexible juga. Seperti apa gambaran membeli usia dalam pandangan Islam dan kejawen?
Gambar : Makam (sumber :99.co) |
Berikut ini kisah Nabi Ibrahim dan Pemuda yang ditunda kematiannya
Suatu
hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabi Ibrahim, dan bertanya, “Siapa anak muda
yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?”
“Yang
anak muda tadi maksudnya?” tanya Ibrahim. “Itu sahabat sekaligus muridku.”
“Ada
apa dia datang menemuimu?”
“Dia
menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan perkahwinannya esok pagi.”
“Wahai
Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai esok pagi.” Selesai
berkata seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan Nabi Ibrahim. Hampir
saja Nabi Ibrahim tergerak untuk memberitahu anak muda tersebut, untuk
menyegerakan perkawinannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak
muda itu besok. Tapi langkahnya terhenti. Nabi Ibrahim memilih kematian tetap
menjadi rahasia Allah.
Esok
paginya, Nabi Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut
tetap boleh melangsungkan perkawinannya.
Hari
berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti
tahun, Nabi Ibrahim malah melihat anak muda ini panjang umurnya.
Hingga
usia anak muda ini 70 tahun, Nabi Ibrahim bertanya kepada Malaikat Izrail,
apakah dia berbohong tempoh hari sewaktu memberitakan bahwa anak muda itu
umurnya tidak akan sampai besok pagi?
Malaikat
Kematian menjawab bahawa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut,
tapi Allah menahannya.
“Apa
sebab yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda
tersebut, dulu?”
“Wahai
Ibrahim, di malam menjelang perkawinannya, anak muda tersebut menyedekahkan
separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk
memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup.”
Kematian
memang di tangan Allah. Justru itu, mempercepat dan melewat kematian adalah hak
Allah. Dan Allah memberitahu pada Rasul-Nya, Muhammad bahwa sedekah itu dapat
memanjangkan umur. Jadi, sesuatu yang dapat menunda kematian, itu
adalah…sedekah.
Sedekah hanyalah salah satu
media (wasilah) menunda kematian. Walaupun diantara kalian sudah sedekah
optimal tapi masih mati juga, ya minimal bekal akhirat yang lumayan, kan?? Hehe.
Setidaknya dengan cerita ini bagi yang kemarin2 masih berat mengeluarkan jadi
lebih semangat. Bagaimana kalau ada pertanyaan : Saya ingin membeli usia lebih
lama dengan cara lain selain sedekah, ada gak ya? Kan saya makan aja susah
malah perlu disedekahin. Kalau kamu makan susah tapi masih punya tanah, ya ga
susah2 amatlah. Baiklah, ada cara lain
dan ini berdasarkan pengalaman dengan penyintas alias survivor takdir
kematian. Tapi singkat aja, kalo panjang entar jadinya cerpan (cerita panjang). haha Ya mungkin boleh aku improve sendiri nanti dicritain lagi dengan cara yang
seru.
Saat
itu saya masih bekerja asal bisa gajian walau ga seberapa tapi hikmahnya terbekas
sampai sekarang. Menjadi marketing door to door ke kantor mempertemukan saya
dengan seorang ibu paruh baya panggil saja angel (Enjel) PNS namun punya bisnis
garmen. Bukannya saya closing tapi dicritain ajaibnya ilmu kejawen. Awalnya
cerita kalau sedang mengalami penipuan dari salah satu Bank dimana ada pinjaman
oknum mengataskan namanya padahal dia ga nrima uangnya. Sampai seketika
sampailah pada cerita inti yaitu saat dia masih muda pernah ditebak oleh orang
pintar bahwa hidupnya ga akan lama lagi.
Menurut
penuturan beliau, orang pintar (termasuk beberapa jenis kemampuan anak
indihome) orang yang akan meninggal dapat terlihat dikeningnya yaitu tanda
pekat/gelap/hitam/semacamnya). Orang pintar ini tiba2 dengan senang memberi tahu
wejangan untuk melakukan tirakat puasa putih selama 40 hari mulai dari besok. Ya,
males banget ya puasa 40 hari , putih lagi. Tapi karena bapak pintar ini
serius, dia turuti.
Sampailah
di hari ke 40 dia mau pulang ke kampung halamannya, disinilah seharusnya
mautnya menjemput dengan bus yang ditumpangi. Selama dalam perjalanan hatinya
tak tenang, ada teriakan untuk menyuruhnya turun. Tapi logika tidak
mengizinkan. “Lo turun disini, kagak ada bus lagi.” Tapi teriakan itu malah makin
kencang “TURUN SEKARANG!”. Kemudian Angel teriak “Pak Sopir saya turun".
Berhentilah si sopir dan dia diturunkan. Tapi akal sehatnya kembali lagi, terus
memanggil bus itu buat naik lagi. Labil banget kan? Si sopir Cuma geleng2. Namun
ada perbedaan tempat duduk sekarang, ketika sebelumnya 2 baris dibelakang sopir, kini menjadi 2 baris dari dari belakang. Karena tempat duduknya telah ditempati
mbak2 yang berjilbab.
Mbak2
ini menengok ke belakang dan dengan si enjel saling berpandang sebentar selama bus
melaju. Beberapa detik sebelum peristiwa naas terjadi, Enjel melihat sopir dari
kaca spion bayangannya mengerikan seperti ada luka diwajahnya namun dilihat
lagi normal lagi. “BRAAAKKKK” Bus tabrakan dengan bus yang berlawanan arah,
hingga sopir dan orang yang dibangku depannya Enjel tewas semua. Sedangkan
Enjel mengalami sobek kulit pada bibir bawah hingga dagu. Bekas jahitannya
masih nampak ditunjukkan padaku.
Apa
hikmah dari cerita Enjel ini?
Ya!
Puasa dapat menunda kematian. Berarti bu Enjel muda tukar posisi kematian dengan mbak2 berjilbab tadi. JIka berjilbab utamanya adalah melindungi dari
mata liar lelaki dan hal yang berwujud fisik. Namun puasa bisa melindungi dari takdir buruk. Puasa tidak hanya pada level syariat namun tarekat, hakikat dan makrifat.
Setidaknya itu hikmah yang bisa saya ambil. Yang berjilbab aja bisa ditukar mautnya dengan yang puasa, apa lagi yang kagak?? Siapapun bisa berjilbab walaupun untuk menutupi aibnya seperti para terpidana korupsi. Pas belum ketauan aja seksi, pas jadi tahanan pakai jilbab. Tapi puasa tidak semua sanggup terlebih diluar bulan ramadhan. Ya, kali ? ada orang pintar yang mau ngasih tau bakal mati dalam waktu dekat? Jadi bisa puasa 40 hari. ?
Apa ada lagi selain sedekah dan puasa? Saya pikir nomor satu adalah solat. Bagi sebagian orang menjalankan solat wajib saja merupakan hal yang berat, terlebih kehidupan di ibu kota. Tidak sedikit yang terpaksa meninggalkan solat, bukan? Bukan bermaksud menggurui. Terlepas dari itu semua, Semoga artikel ini bisa memberi hikmah juga bagi yang membacanya. Sukur2 bisa menunda kematian, kalaupun tidak, bisa menjadi bekal akhirat. Lebih baik mengira hidup akan singkat sehingga rajin ibadah, daripada mengira hidup lama padahal besok mati. Minimal tujuan saya meringankan tukang penggali kubur di TPU sekitaran DKI Jakarta. Bilamana banyak yang mengamalkan artikel saya jadi tertunda kematiannya.
Aaamiin...
Wallahu
a’lam Bisshowab
BTW,
untuk tindakan preventif saya sarankan adalah tibunnabawi. JIka terlanjur kena,
treartment plasma darah dari penyintas covid itu katanya lebih efektif. Selain melaksanakan protokol kesehatan fisik dan mental.
Btw juga nanti artikel2 saya ini mau saya bukukan ajalah ya..
Kalo kalian baca seksama beberapa tulisan seperti ramalan (yang diantisipasi) kan? Apakah saya termasuk anak indihome? hmmm
hehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar