Aku prihatin dengan berita kebakaran
hutan yang sempat melanda Papua beberapa
minggu lalu. Kebakaran yang seluas kota Seoul dilakukan oleh perusahaan Korea
Selatan yang berinvestasi dan bereksplorasi di Indonesia. Hal yang lebih ironis
bahwa berdasarkan
data yang di-release oleh Forest Watch
Indonesia pada tahun 2019 lalu, setelah
Reformasi pada tahun 2000 tutupan hutan alam 106,4 juta hektare,
kemudian sisa hutan menurun di era periode
dua Pemerintahan SBY pada tahun 2009 dengan luasan
93 juta hektar.
Penurunan
jumlah tutupan hutan alam tersebut terus berjalan sampai dengan tahun
2017, di era Pemerintahan Jokowi
luas tutupan hutan alam tersisa
82,8 juta hektare
atau sekitar 43 persen
dari luas daratan
Indonesia. Rasio luas tutupan hutan alam dibanding
luas daratan pun semakin terlihat miris. Region
Jawa, Bali Nusa dan Sumatera, rasio hutan alamnya
sudah berada dibawah 30 persen. Region Kalimantan dan Sulawesi dibawah
50 persen. Tinggal
region Papua dan Maluku yang rasio hutan alamnya masih cukup besar
yaitu 81 persen dan 57 persen.
Namun bisa kita
lihat, Papuapun sepertinya tidak akan lama lagi mempertahankan hutan alamnya
yang luas jika terus kita biarkan. Kemudian yang jadi pertanyaan : haruskah
investasi merusak alam dan kehidupan makhluk didalamnya? Apakah tidak ada jalan
lain? Atau ini satu-satunya jalan untuk membuat ekonomi Indonesia maju? Namun
kemajuan ekonomi untuk siapa? Rakyatkah? Expatriatkah? Konglomeratkah? Rakyat
mana yang akan makmur jika sumber kehidupannya dibakar habis? Sedangkan bencana
terus melanda karena perusakan alam yang terus-menerus? Lalu apa yang harus aku
lakukan jika aku menjadi pemimpin nanti?
JIka aku menjadi pemimpin
setidaknya ada empat hal yang ingin aku perhatikan untuk perubahan positif pada lingkungan
sosial dan alam, diantaranya adalah mengkampanyekan dan mewujudkan :
1. Great Human Resources (Sumber Daya Manusia yang Hebat)
Semakin
cerdas seseorang akan semakin peduli pada orang lain, alam, dan lingkungan. Untuk menjadi suatu
negara yang besar dan maju serta memperhatikan iklim dan alam tidak cukup
dengan hanya mengandalkan pemimpinnya saja. Meskipun pemimpin adalah faktor
yang paling menentukan berhasil atau tidaknya untuk mencapai tujuan.
Bagaimanapun rakyat tentu memiliki andil yang besar untuk membantu pemimpinnya.
Hubungan rakyat dan pemimpin itu ibarat orang tua dan anak. Tidak bisa saling
mengabaikan satu sama lain, apa lagi mementingkan ego masing-masing. Ketika
keduanya saling bersinergi, jujur dan percaya, maka tidak ada yang tidak
mungkin.
Untuk membentuk SDM yang hebat diperlukan pemimpin yang
hebat. Tidak sebatas pintar, namun biijaksana, jujur, tegas, dan adil. Dari
sini rakyat dapat mengambil teladan untuk belajar dan bekerja secara tulus
hati. Tidak hanya pemerintahan dan kepemimpinan, rakyat perlu direformasi
terutama secara pendidikan karakter dan keahlian yang perlu ditingkatkan secara
signifikan. Sudah saatnya mengubah sistem pendidikan sekolah yang tidak
hanya menciptakan buruh untuk disuruh. Namun sistem pendidikan dengan spirit
entrepeneurship yang menciptakan insan manusia tangguh, dermawan, rendah hati,
kreatif, inisiatif dan solutif. Sehingga memiliki daya saing tinggi dengan
masyarakat dunia lainnya.
2. Green Investment (Investasi Hijau)
Investasi
hijau tidak bisa disepelekan dalam urusan investasi. Jika belum begitu akrab
apa itu investasi hijau adalah bentuk investasi yang bertanggung jawab secara sosial
di mana investasi dilakukan di perusahaan yang mendukung atau menyediakan
produk dan praktik ramah lingkungan. Diakui
atau tidak, alam adalah pelindung kehidupan manusia dibumi terutama pepohonan
dan tanaman pangan. Dalam pengamatanku, sampai saat ini investasi dan
kelestarian lingkungan masih berjalan berlawanan. Bagaimana kita melihat setiap
tahun selalu terjadi kebakaran hutan baik sengaja atau tidak sengaja yang pada
akhirnya menjadi kebun sawit atau pertambangan. JIka green investment
disepelekan, bencana alam seperti tanah longsor, banjir, kekurangan air bersih
akan terus berlanjut.
3. Green Technology (Teknologi Hijau)
Bila green investment dititikberatkan
pada investasi yang berorientasi pada pembangunan perusahaan yang ramah
lingkungan. Maka green technology dimaknai dengan integrasi antara teknologi modern dan ilmu lingkungan untuk lebih
melestarikan lingkungan global dan sumber daya alam serta untuk mengurangi
dampak negatif dari aktifitas manusia di planet bumi. Bentuk greentech dapat
dilakukan melalui substitusi kendaraan energy fosil dengan kendaraan energy
listrik. Substitusi dari Pembangkit Listrik Tenaga batu bara dan minyak bumi menjadi tenaga
surya, air, uap, dan energy terbarukan lainnya. Selain itu mulai menghilangkan
komponen penghasil Freon pada AC dan kulkas yang berdampak buruk pada atmosfir
bumi. Serta pemanfaatan teknologi-teknologi lain yang ramah terhadap lingkungan
dan bumi. Karena greentech dapat memperbaiki bumi dari akibat pencemaran
teknologi-teknologi konvensional.
4. Healthy Lifestyle
(Gaya Hidup Sehat)
Berdasarkan penelitian Stanford
University di Amerika Serikat, Indonesia merupakan negara paling malas berjalan kaki di seluruh dunia. Studi ini mengungkap, rata-rata
orang Indonesia hanya berjalan 3.513 langkah setiap hari. Kemudian disusul Arab
Saudi 3.807, Malaysia 3.963, Filipina 4.008, dan Afrika Selatan 4.105.
Alasan malas berjalan kaki disebabkan seringnya menggunakan kendaraan bermotor.
Padahal rajin jalan kaki juga dapat mencegah
osteoporosis, menurunkan resiko penyakit diabetes, menjaga kestabilan tekanan
darah, meningkatkan sistem imun dan jumlah vitamin D dalam tubuh. Jika tubuh
sehat maka pikiranpun jadi lebih sehat dan bahagia.
Healthy
lifestyle lain yang dapat membantu bumi dari efek pemanasan global adalah lebih
banyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan daripada daging. Selain karena
berserat tinggi yang bagus untuk kesehatan tubuh, makanan yang berasal dari
nabati lebih dapat menyelamatkan bumi karena proses yang tidak panjang
sebagaimana makanan hewani. Dalam (BBC,2016) menyatakan bahwa produksi makanan
menyumbang sebanyak seperempat hingga sepertiga dari seluruh emisi gas rumah
kaca antropogenik (polusi yang disebabkan oleh manusia) di seluruh dunia, dan
beban tanggung jawab atas angka-angka tersebut jatuh pada industri peternakan.
Makanan, khususnya hewan ternak, juga membutuhkan banyak tempat dan ini
merupakan sumber emisi gas rumah kaca akibat konversi lahan serta hilangnya
keanekaragaman hayati. Dari sekitar lima miliar hektar lahan pertanian di
dunia, 68%
digunakan untuk lahan peternakan.
Healthy lifestyle juga dapat berupa
mengurangi konsumsi pemakaian barang yang berlebihan seperti pakaian dan sampai
plastik yang dapat meningkatkan pembuangan sampah. Dengan menerapkan healthy
lifestyle, maka kerugian negara pada bidang kesehatan karena banyaknya
masyarakat yang sakit karena kurang bergerak dan terlalu banyak makan protein hewani
dapat ditekan. Selama ini penyakit degeneratif seperti serangan jantung,
diabetes, kolesterol dan sebaginya adalah faktor terbesar pembiayaan kesehatan untuk
masyarakat. Demikian pula terhadap pembukaan hutan alami untuk peternakan dan
pengolahan daging. Sehingga tetap akan membuat alam terjaga kelestariannya.
Paling tidak empat poin utama itu adalah perubahan positif yang ingin aku capai bila aku seorang pemimpin yaitu untuk mewujudkan manusia yang sehat dan alam yang lestari. Beberapa diantaranya Great Human Resources, Green Investment, Green Technology, dan Healty Lifestyle. Karena manusia dan alam akan selalu hidup berdampingan. Untuk mewujudkan alam yang lestari maka semua tergantung pada manusia terutama peran generasi muda. Generasi muda punya peran signifikan karena selain jumlahnya yang kini mendominasi, merekalah yang nanti menjadi penerus bumi ini. Jika bumi dihuni oleh manusia-manusia tamak maka akan semakin rusak. Namun bila dihuni oleh manusia-manusia yang bersedia hidup sederhana dan memperhatikan keberlangsungan hayati maka manusia dapat menekan laju kerusakan bahkan membantu bumi dari ancaman kerusakan, termasuk penyakit-penyakit yang mematikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar