Menjadi generasi dengan proporsi
jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2020, generasi milenial memiliki porsi
yang besar dalam pembangunan bangsa Indonesia. Selain untuk meneruskan estafet
kepemimpinan dari genarasi sebelumnya yaitu generasi X, generasi milenial (Y)
juga memiliki tanggung jawab sebagai teladan bagi generasi berikutnya yaitu
generasi Z. Berhubungan dengan perannya tersebut, bagaimana generasi milenial
dalam partisipasi memberantas narkoba serta bagaimana menyikapi artis
penyalahguna narkoba?
Berdasarkan
data BPS tahun 2017, jumlah generasi
milenial mencapai sekitar 88 juta jiwa atau 33,75 persen dari total penduduk
Indonesia. Proporsi tersebut lebih besar dari proporsi generasi sebelumnya
seperti generasi X yang (25,74 persen) maupun generasi baby boom+veteran (11,27
persen). Demikian juga dengan jumlah generasi Z
baru mencapai sekitar 29,23 persen. Meski menjadi penduduk terbanyak
se-Indonesia, tidak sedikit generasi milenial memberikan contoh buruk terutama
yang berasal dari kalangan dunia hiburan atau artis. Beberapa diantara mereka
yang tertangkap menyalahgunakan narkoba sepanjang tahun 2019 antara lain Jefri
Nichol, Vicky Nitinegoro, Jupiter Fortissimo, Aris Idol, Zul Zifilia, Rifat Sungkar,
dan Nunung Srimulat yang lebih condong pada generasi X. Tahun 2020 yang sempat
membuat gempar adalah Lucinta Luna alias Muhammad Fattah yang kedapatan
menyalahgunakan psikotropika.
Deretan
penyalahguna dari kalangan artis akan terus bermunculan hal ini disebabkan oleh
bebrapa faktor antara lain agar kuat bekerja seharian, depresi atau kecemasan,
membuat semangat dan menimbulkan rasa senang, tidak kehilangan banyak saat
menggunakan karena banyak uang. Meski menggunakannya atas keinginan pribadi namun
hal yang tidak merka sadari dapat ditiru secara tidak langsung oleh penggemarnya. Hal itu yang seharusnya
dihindari oleh generasi milenial bila mendapati idolanya melakukan perbuatan
yang salah. Karena alasan mengidolakan harus didasari dengan nilai positif si
artis bukan serta merta meniru perilakunya termasuk menyalahgunakan narkoba.
Milenial
diharapkan berpikir dengan logika bila mengetahui sang idola ternyata
penyalahguna narkoba yaitu memberikan empati secukupnya saja. Karena memberi
empati berlebihan akan memberi rasa kasihan yang berlebihan juga sehingga
berdampak pada psikologis pemakluman atas kesalahan yang dilakukan dan
berakibat membenarkan perbuatan yang salah. Selanjutnya, tidak ada salahnya
berhenti mengidolakan bila perbuatan sang idola menyimpang dari hukum dan norma
sosia yang berlakul, karena seharusnya idola bisa membedakan mana yang benar
dan salah, baik dan buruk, bermanfaat dan bermudharat. Jika sang idolah tidak
mampu membedakan hal tersebut maka tidak layak untuk menjadi panutan. Tidak itu
saja, dasar dalam mengidolakan seseorang adalah karena prestasi yang bikin
bangga bukan hanya cari sensasi semata. Maka pilih sosok idola yang prestasinya
membuat fans turut bangga baik berupa memenangkan penghargaan atau
pencapaian-pencapain yang lainnya.
Hasil
riset yang dirilis oleh Pew Research Center, secara gamblang menjelaskan generasi
Millennial merupakan generasi yang unik jika dibanding dengan generasi
sebelumnya. Keunikan paling mencolok dari generasi ini dibanding generasi
sebelumnya adalah soal penggunaan teknologi dan budaya pop/musik. Kehidupan
para generasi millennial tak bisa dilepaskan dari teknologi terutama internet
dan entertainment/hiburan sudah jadi kebutuhan pokok tak tertandingi bagi
generasi ini. Indonesia 2020 akan sangat ditentukan oleh para generasi
millennial dengan perpaduan masyarakat kelas menengah dan juga masyarakat
urban. Banyak pakar yang menyebut kombinasi ini sebagai ‘the urban
middle-class millennials’, yang akan menjadi pemeran utama dalam sejarah
Indonesia di masa yang akan datang. Untuk mengukir sejarah masa depan, maka
dari itu generasi milenial harus adaptif terhadap perkembangan zaman dan
memiliki daya tangkal tinggi terhadap narkoba yang notabene dapat merusak masa
depan mereka dan bangsa Indonesia. (NK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar