“Man Proposed, God Disposed”
Sebuah pepatah bahasa Inggris yang berarti manusia berencana, Tuhan
menentukan. Demikian halnya kisahku bersama ibu. Tahun ini menjadi tahun
pertama peringatan hari ibu dimana aku tanpa ibu. Karena beliau meninggal bulan februari lalu. Ngenes
juga rasanya, ketika tanggal 22 Desember yang lalu bersliweran di media sosial
teman-temanku berfoto dengan ibunya dan membuat caption yang menunjukkan rasa cinta mereka masing-masing. Namun aku
hanya bisa diam dan merasakan dalam hati ternyata begini rasanya tidak punya ibu ketika melihat orang
lain masih punya. Namun kembali lagi aku berefleksi bahwa ini sudah takdir.
Lalu melihat sisi positifnya bahwa masih ada yang jauh lebih tidak beruntung
daripada aku yaitu anak-anak yang sudah kehilangan ibu dari usia belia.
Seumur hidup aku hampir tidak pernah berjauhan
dengan ibuku. Paling lama mungkin hanya sebulan atau mungkin lebih singkat
daripada itu. Kecuali sampai pada waktu 3,5 tahun yang lalu saat aku harus pindah untuk
penempatan kerja sebagai abdi negara di luar kota. Tentu suatu hal yang cukup
berat untukku, tapi pasti lebih berat untuk ibu. Mungkin ini cara Allah melatihku
untuk tidak terlalu rindu ketika dia meninggal nanti. Dari mulai waktu itu,
kami (aku dan ibuku) bersepakat bahwa kelak aku harus kembali ke Semarang,
kampung halamanku demi dekat dengannya.
Tulisan ini akan lebih seperti
curhat, emosional, menguras air mata dan beberapa lembar tisu ketika aku
menulisnya karena kerinduan yang mendalam. Karena ingin dekat dengan ibu,
semasa hidupnya saat jauh aku selalu meneleponnya paling tidak dua hari sekali menceritakan
apa saja yang kualami begitu juga dengan yang dialaminya sehari-hari. Setiap
cuti dan tanggal merah yang berarti libur selalu kukejar tiket kereta 90 (Sembilan
puluh) hari sebelumnya agar bisa kembali untuk berjumpa. Libur tiga hari saja serasa
surga bila bisa bertemu ibu.
aku, ayah, almarhumah ibu, saudara perempuanku |
Karena ingin dekat dengan ibu,
aku berencana ingin segera kembali melalui mutasi atau mengajukan pindah tempat
kerja. Namun, paling tidak butuh waktu empat atau lima tahun bila ingin pindah dengan
alasan kuat yaitu ikut suami atau merawat orang tua yang sakit. Jadi mengejar dan memaksa sesuatu yang sudah jelas lama juga ya.. Aku memiliki ide untuk
mengejar beasiswa Magister / S2 di Universitas yang dekat dengan Semarang.
Kebetulan ada beasiswa yang cocok yang memberikan kesempatan kuliah diantara
duanya adalah di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta. Hal inipun sempat aku sampaikan pada almarhumah ibu dengan
alasan nanti aku bisa pulang setiap minggu. Beliaupun menyambut gembira dengan
ideku ini, akupun yakin pasti aku bisa mencapainya.
Sampai
pada waktunya yaitu minimal pendaftaran beasiswa adalah dua tahun setelah masa
menjadi pegawai negeri yaitu tahun 2017 ini. Aku berusaha penuhi semua
persyaratan berharap bisa tahun ini juga aku berangkat kuliah S2. Tapi kembali
lagi pada pepatah ““Man Proposed, God Disposed”. Mungkin benar rencanaku
berhasil aku bisa mendapatkan beasiswa dan berkuliah S2 di Universitas Gadjah
Mada mulai bulan Agustus lalu. Tapi rencana yang utama “karena ingin dekat
dengan ibu” tidak terlaksana karena Allah ternyata punya rencana lain untuk
ibuku. Beliau meninggal setelah satu minggu dirawat di Rumah Sakit akibat
diabetesnya pada bulan Februari, enam bulan sebelum aku masuk kuliah.
Tapi
ini seni kehidupan, tidak semua harus sesuai dengan rencana namun itulah
yang mendewasakan kita. Mungkin secara duniawi aku belum bisa dekat lagi dengannya secara fisik, setidaknya aku bisa mendekatinya melalui doa dan
kenangan dihati bersamanya. Dan karena ingin dekat dengan ibu juga
kelak disurga, aku berusaha menjadi putri yang saliha. Untuk kemudian menjadi ibu dari putra-putra salih dan putri-putri saliha. Menjadi
ibu yang tidak hanya menjadi ibu dari putra-putri yang lahir dari rahimku saja.
Melainkan menjadi ibu dari mereka yang bahkan tidak tahu rasanya memiliki ibu.
Menjadi ibu dari anak yatim piatu yang bernasib sama seperti nabi Muhammad SAW.
Agar ibu berbangga padaku, dan karena ingin dekat ibu tidak hanya didunia seperti dulu, tapi juga ingin dekat
dengan ibu nanti disurga. Amin…
Aku bersama anak yatim-piatu |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar