Selama dibangku sekolah sampai
kuliah kita melulu diajari cara mencerdaskan otak kiri. Biarpun tidak semua
orang berbakat memiliki kecerdasan otak kiri, jadi tidak semua orang bisa
berprestasi. Kenyataanya dengan terlalu mendewakan otak kiri, orang-orang ini
jadi terlalu saklek dengan aturan-aturan yang bersifat formal termasuk dalam
memandang kehidupan. Nah, saatnya melakukan revolusi otak! Bagaimana cara
mencerdaskan otak kanan? Saya sudah mempraktekkannya selama ini, walaupun secara
tidak sadar bahwa kegiatan yang saya lakukan dan sukai adalah pemberdayaan otak
kanan. Beberapa yang kenal saya mungkin berpikir saya aneh agak nyeleneh. Tapi
ternyata orang-orang hebat berawal dari orang aneh yang tidak selalu berpatokan
pada otak kiri atau mainstream masyarakat.
Berikut ini cara-caranya
dipaparkan oleh seorang pengusaha sukses Purdi E. Candra pendiri Primagama yang
sudah mendirikan 500an outlet bimbingan belajar diseluruh Indonesia tanpa gelar
sarjananya.
- · Pertama,
Kita harus
lebih banyak menyukai kegiatan atau hobi dialam terbuka, misalnya bersepeda,
bertamasya, berkemah, berenang, memancing, hiking, dsb. Kegiatan ini dapat
mencerdaskan otak kanan, lho..
Ayo, mulai atur jadwal kapan mau jalan-jalan?
·
- Kedua,
Melatih diri
untuk berpikir divergen atau menyebar, loncat-loncat bukan linier, berpikir
yang aneh-aneh, dan suka humor. Sehingga kita akan lebih mudah menemukan
ide-ide kreatif.
Contohnya saya aja deh, hehe. Sampai sekarang saya masih menyukai film kartun
yang katanya sudah bukan zaman bagi orang seumuran saya. Tapi dari sinilah saya
belajar tetap menjadi anak kecil walau dalam tubuh orang dewasa. Karena dalam
diri anak kecil ada nilai kebijaksanaan yang terlupa saat orang-orang beranjak
dewasa, yaitu rasa ingin tahu yang tinggi, kegembiraan bermain, dan positive
thinking.
·
- Ketiga,
Mengaktifkan kemampuan bawah sadar kita. Latihan sederhana misalnya
bisa kita lakukan yaitu disaat menerima informasi dalam keadaan terpejam,
mendengarkan radio sambil memejamkan mata tapi tidak tidur.
Kalo yang ini
saya akui agak sulit, karena kalo coba saya praktekkan endingnya bakal
ketiduran. hehe Tapi layak dicoba lho.. Kalau cara mengaktifkan alam bawah sadar saya yaitu dengan
mengandalkan intuisi seperti berlatih memahami karakter orang dari cara bicara,
mimic wajah, atau meramal situasi tertentu. Beberapa teman saya saat sekolah
dan kuliah suka mengatai cenayang karena suka menebak-nebak masa depan termasuk menebak pemenang pertandingan bola waktu jaman SMP, hehe. Dah
tobat tapi sekarang, biarpun masih suka keceplosan, hadeuh..
·
- Keempat,
Bisa lewat
pendidikan religius, misalnya pak Purdi suka melakukan zikir dalam hati dapat
dilakukan kapan saja dan dimana saja. Zikir itu membuat sesuatu terjadi.
Sementara, intuisi yang tajam akan menunjukkan sesuatu itun terjadi. Cara lain
dengan melakukan solat malam atau tahajud dan solat istikharoh. Puasa juga
dapat mencerdaskan otak kanan.
Saya praktekkan
juga ketiganya.., bagi saya zikir tidak selalu menyebut kalimat-kalimat Allah
tapi juga berupa memikirkan ciptaan-Nya. Sedangkan solat malam atau tahajud
Alhamdulillah masih istiqomah dari jaman sekolah sampa sekarang walau Cuma 2
rakaat tapi kalo tiap malam lumayan, kan?! Puasa apa lagi. Dengan puasa saya
merasa lebih terkendali, mengingat menyadari sifat dasar yang agresif,
ambisius, bersemangat, membara, dan berani (baik berani mati atau berani nangis, hehe).
Dari keempat hal ini setidaknya
membentuk karakter kita untuk menjadi pribadi yang kreatif tanpa menabrak
aturan baku. Bahkan dengan otak kanan yang bagus otak kiripun akan mengikuti.
Contohnya saya lagi, hehe. Biarpun waktu
kuliah saya tidak terlalu dekat dengan para dosen saya masih bisa mendapat
nilai Cumlaude (apa lagi kalo deket ya? IPK 4 kali? Hahaha, just for laugh).
Tapi seperti pengalaman pak Purdi dan orang sukses lainnya akademis bukan
garansi. Walaupun kita tidak boleh menyepelekannya.. Sukses seseorang tidak
cukup dilihat dari gelarnya namun lebih dari itu kemauannya untuk menyukseskan
diri sendiri dan orang lain.
Hal yang membuat saya takjub dari beliau
adalah ketika mendirikan Entrepreneur University, walau telah ditegur oleh
DIKTI dengan alasan nama university memiliki prsedur yang panjang, dia tetap
move up. Dengan membalas surat teguran itu bahwa apalah artinya nama, Cristine
Hakim bukan seorang Hakim pengadilan, dan Laksamana Sukardi juga bukan seorang
Laksamana angkatan bersenjata. Alhamdulillah, tidak ada masalah lagi setelah
itu. Dan hebatnya adalah lulusan sekolahnya tersebut lebih bermanfaat daripada
universitas-universitas secara formal, karena menciptakan lapangan pekerjaan
bagi lulusan-lulusan universitas-universitas formal. Inilah kehebatan dengan
memberdayakan kekuatan otak kanan. Anda mau mencobanya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar