Kurawa
Ya, biarpun serial tv nya sudah
tamat, ga ada salahnya direview soalnya sudah sampai merasuki mimpi. Mungkin
artinya saya harus segera menuntaskannya,
biarpun dah gak up to date. Terus terang tulisan ini saya himpun dari berbagai
sumber terutama Wikipedia dan data pendukung lainnya.
Dan menurut hemat saya biarpun mereka berjumlah seratus tapi kekuatannya hanya terbatas 2 orang saja yaitu Duryudhana dan Dursasana. Sisanya hanya seperti kroco yang tidak punya karakter karena hanya ikut-ikutan kedua kakak tertua mereka. Dengan kata lain yang menurut kita tidak seimbang Pandhawa dan Kurawa yaitu 5 versus 100, secara tidak kasatmata sebenarnya 5 versus 2. 5 untuk Pandawa, dan 2 untuk Kurawa.
Istilah Korawa yang digunakan dalam Mahabharata memiliki dua pengertian:
- Arti luas: Korawa merujuk kepada seluruh keturunan Kuru. Kuru adalah nama seorang maharaja yang merupakan keturunan Bharata, dan menurunkan tokoh-tokoh besar dalam wiracarita Mahabharata. Dalam pengertian ini, Pandawa juga termasuk Korawa, dan kadangkala disebut demikian dalam Mahabharata, khususnya pada beberapa bagian awal.
- Arti sempit: Korawa merujuk kepada garis keturunan Kuru yang lebih tua. Istilah ini hanya terbatas untuk anak-anak Dretarastra, sebab Dretarastra merupakan putra sulung Wicitrawirya (keturunan Raja Kuru), yang berhak menjadi raja menurut urutan kelahiran namun digantikan oleh adiknya, Pandu, karena Dretarastra buta. Istilah ini tidak mencakup anak-anak Pandu, yang mendirikan garis keturunan baru, yaitu para Pandawa.
Riwayat singkat
Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Gandari, istri Dretarastra, menginginkan putra.
Kemudian Gandari memohon kepada Byasa,
seorang pertapa sakti, dan beliau mengabulkannya. Gandari menjadi hamil, namun
setelah lama ia mengandung, putranya belum juga lahir. Ia menjadi cemburu
kepada Kunti
yang sudah memberikan Pandu tiga orang putera.
Gandari menjadi frustasi kemudian memukul-mukul kandungannya. Setelah melalui
masa persalinan, yang lahir dari rahimnya hanyalah segumpal daging. Byasa
kemudian memotong-motong daging tersebut menjadi seratus bagian dan
memasukkannya ke dalam guci, yang kemudian ditanam ke dalam tanah selama satu
tahun. Setelah satu tahun, guci tersebut dibuka kembali dan dari dalam setiap
guci, munculah bayi laki-laki. Yang pertama muncul adalah Duryodana, diiringi oleh Dursasana, dan saudaranya yang
lain.
Seluruh putra-putra Dretarastra tumbuh menjadi pria yang
gagah-gagah. Mereka memiliki saudara bernama Pandawa, yaitu kelima putra Pandu,
saudara tiri ayah mereka. Meskipun mereka bersaudara, Duryodana yang merupakan
saudara tertua para Korawa, selalu merasa cemburu terhadap Pandawa, terutama Yudistira yang hendak
dicalonkan menjadi raja di Hastinapura. Perselisihan pun
timbul dan memuncak pada sebuah pertempuran akbar di
Kurukshetra.
Setelah pertarungan sengit berlangsung selama delapan belas
hari, seratus putera Dretarastra gugur, termasuk cucu-cucunya, kecuali Yuyutsu, putra Dretarastra yang lahir dari
seorang dayang-dayang. Yang terakhir gugur dalam pertempuran tersebut adalah Duryodana, saudara tertua para
Korawa. Sebelumnya, adiknya yang bernama Dursasana yang gugur di tangan
Bima.
Yuyutsu adalah satu-satunya putra Dretarastra yang selamat dari pertarungan ganas
di Kurukshetra karena memihak para Pandawa dan ia melanjutkan garis keturunan
ayahnya, serta membuatkan upacara bagi para leluhurnya.
Para Korawa
Berikut ini nama-nama seratus Korawa yang dibedakan menjadi
dua versi, versi India dan versi Indonesia. Kedua Korawa utama yaitu Duryodana
dan Dursasana disebut lebih dahulu, kemudian yang lain disebut menurut urutan
abjad.
|
Kurawa lainnya
Para Korawa (putra Dretarastra) yang utama
berjumlah seratus, namun mereka masih mempunyai saudara dan saudari pula. Yaitu
Yuyutsu, anak Dretarastra tetapi lain ibu,
ibunya seorang wanita waisya.
Kemudian dari Dewi Gandari, lahir seorang putri bernama Dursala.
Meskipun mereka diperankan sebagai tokoh antagonis, tapi tidak bisa juga mereka serta merta disalahkan atas terjadinya perang Bharatayudha. Mengapa? Selain karena jasa Sengkuni yang membuat mereka demikian jahat dan angkara murka, pandhawa pun sebenarnya turut andil dalam kejahatan mereka. Mengapa? Alasannya adalah “Pembiaran”. Kesabaran yang dimiliki Pandhawa terlalu dipaksakan dan membiarkan kejahatan Kurawa menjadi-jadi. Sebenarnya bila Pandhawa mau sedikit menunjukkan keadilan dalam bentuk ketidakterimaan atas beberapa kezaliman kecil dari Kurawa, maka bencana yang sangat besar tidak akan pernah terjadi. Pembiaran terhadap Sengkuni untuk membimbing para Kurawa juga merupakan dosa para tetua-tetua baik orang tuanya destrarastra dan Gandhari , kakeknya Bhisma, dan nenek buyutnya Satyawati. Tapi emang sudah takdir, apa lagi yang bisa dikata..
Itu sebabnya dalam islam dijelaskan ketika kita meilhat kezaliman, maka tegurlah ia dengan perbuatan. Jika merasa tidak mampu tegurlah dengan perkataan, dan jika masih tidak mampu juga, cukup dalam hati dengan meminta melalui doa, namun itu selelmah-lemahnya iman seseorang.
Karakter Sebelumnya :
wahh banyak juga ya putranya destrarasta, gimana ngurusnya tuh,,heheh
BalasHapusbetul banyak jg.
Hapustetapi, kan tetap saja ada 100 lawan 5 ..
BalasHapussecara kuantitas memang demikian benar adanya. namun seperti yg kita ketahui bahwa yg plg menonjol diantara kurawa hanya duryudhana dan dursasana, sdgkan yg lain tdk tll berperan penting. artinya secara kualitas jumlah yg banyak itu bernilai nol.
Hapus