Selanjutnya, Penokohan pada
karakter-karakter yang paling
penting di Mahabharata yaitu Pandawa.
Sekilas info, kisah Mahabharata terjadi 5000 tahun yang lalu, namun baru
ditulis 2000 tahun kemudian oleh begawan Byasa yang diceritakan oleh dewa ilmu pengetahuan,
Ganesha. Kisah ini dianggap nyata selain menyangkut kepercayaan agama Hindu, juga berdasar temuan tengkorak bekas
terpancar sinar radioaktif di daerah Yang sekarang disebut Kurusetra tempat
yang sama dengan Mahabharata untuk perang Bharatayudha. Daripada menimbulkan kontroversi, langsung saja ya..
Pandawa
Pandawa adalah sebutan bagi anak-anak Pandu
baik yang dilahirkan dari Kunti maupun Madri. Mereka terdiri dari Yudistira,
Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.
Yudistira
Saya
hanya akan menerangkan sesuai pemahaman saya dari film maupun berbagai sumber
yang pernah saya baca ya.. Yudistira dalam bahasa sansekerta berarti teguh atau
kokoh dalam peperangan. Ia merupakan yang tertua di antara lima Pandawa. Yudhistira lahir dari Kunti yang menguasai mantra Adityahredaya.
Ketika Pandu mengutarakan keinginannya untuk memiliki anak, segera
mewujudkan keinginan suaminya. Mantra tersebut adalah ilmu pemanggil dewa untuk mendapatkan putera. Dengan menggunakan
mantra itu, Kunti berhasil mendatangkan Dewa Dharma dan
mendapatkan anugerah putra darinya tanpa melalui persetubuhan. Putra pertama itu diberi nama Yudistira. Dengan
demikian, Yudistira menjadi putra sulung Pandu, sebagai
hasil pemberian Dharma, yaitu
dewa keadilan dan kebijaksanaan.
Sejak
kecil kebijaksanaan Yudistira sudah terlihat ketika membimbing keempat adiknya
selepas meninggalnya Pandu, ayahnya. Dimana saat pembakaran jenazah, pamannya
Widura mempersilakannya untuk menangis, namun ia tetap tegar dengan beralasan bahwa bila ia menangis
maka ia khawatir adik-adiknya akan hilang kepercayaan terhadapnya sebagai
pemimpin, hal yang sama pula dicontoh oleh adik-adiknya. Disini menegaskan
bahwa masa kecilnya sudah bisa
memberikan teladan dan berbakat menjadi raja.
Kebijaksanaan
Yudistira terlihat pula ketika disuruh kakeknya Bisma harus makan satu meja
bersama Kurawa. Bisma mensyaratkan bahwa siapapun boleh makan asal harus dengan
tangan yang lurus tanpa membengkokkan siku masing-masing. Seketika baik pandawa
maupun kurawa mencoba melakukan hal itu pada diri mereka sendiri, tapi gagal.
Kegagalan ini tidak hanya Duryudana yang egois, tapi Arjuna yang cerdas juga
melakukan kesalahan yang sama. Namun Yudistira tiba-tiba menyuapi Duryudana
dengan tangannya tanpa membengkokkan sikunya. Hal yang serupapun ditiru oleh
Pandawa yang lain meskipun Kurawa enggan melakukannya.
Yudistira
penyabar dan pengendalian dirinya sangat kuat, terbukti ketika Kurawa mengerjai
Pandawa dari kecil sampai dewasa ia yang selalu meredam emosi adiknya Bima yang
tidak hanya sangat kuat tapi lumayan emosional. Namun akibat kerendahan hatinya
pula itu sehingga selalu dimanfaatkan Kurawa untuk menzalimi keluarganya. Mulai
dari harus meninggalkan Hastinapura, direbut istana Indraprasta sampai
mempertaruhkan semua diri, saudara, dan istrinya dalam permainan dadu.
Saya
paham tidak ada manusia yang sempurna, selalu ada saja cobaan yang menyesatkan
bagi siapapun termasuk Yudistira. Dua hal kelemahan Yudistira diantara ribuan
kebijaksanaannya menurut saya yaitu:
1.
Menanggapi taruhan Kurawa dalam permainan dadu.
Okelah setiap orang punya hobi, tapi anehnya
orang sebijak Yudistira mau diajak bertaruh dengan saudara sepupunya Kurawa
yang sudah diketahuinya licik (Ingat peristiwa Laksagraha (Rumah lilin) yang
membuatnya terpaksa meninggalkan Hastina Pura). Mungkin disinilah Yudistira
terbutakan oleh nafsu kesenangan sesaat sehingga ia tak berpikir panjang namun
berakibat sangat fatal).
2.
Ketidakjujuran menjawab pertanyaan Druna
Tahukan siapa itu Druna? Ya, dia adalah guru
perang dan ilmu umum bagi Pandawa dan Kurawa saat masih muda. Dari pertama kali
perkenalan tentang dia saja sudah ditampakkan bahwa dia seorang yang sakti.
Meski demikian cintanya pada anaknya yaitu Aswatama sangat besar, terlihat
ketika ia diminta oleh Widura untuk mendidik para Pandawa dan Kurawa ia
memberikan syarat anaknya diturutsertakan belajar bersama para pangeran.
Otomatis anaknya Aswatama tumbuh dewasa bersama Pandawa-Kurawa, meski
kenyataannya dia cenderung lebih dekat dengan Kurawa.
Nah, kecintaan berlebihan inilah yang
dimanfaatkan Bima untuk membuat rumor menjatuhkan Druna. Dimana Bima mengatakan Aswatama anak Druna
telah mati. Namun, Druna tidak percaya maka dia mengkonfirmasikannya ke
Yudistira karena terkenal dengan sifat kejujurannya. Dan setelah ditanya
Yudistira membenarkan rumor yang didengar Druna bahwa Aswatama anaknya telah
mati dimedan pertempuran.Padahal yang tewas bukan Aswatama anaknya melainkan
seekor gajah yang bernama Aswatama. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
membunuh Druna sehingga memudahkan pertempuran.
Meskipun
terkadang agak gemes juga karena Yudistira memiliki perasaan baik yang
berlebihan sehingga membuat Kurawa semakin leluasa menzalimi Pandawa. Dalam
salah satu sumber saya terpana dengan sifat bijaksana dan adil darinya.
Terutama saat saya membaca tentang kisahnya dan saudara-saudaranya dalam
peristiwa telaga beracun.
Pada suatu hari menjelang
berakhirnya masa pembuangan, Yudistira dan keempat adiknya membantu
seorang brahmana yang kehilangan
peralatan upacaranya karena tersangkut pada tanduk seekor rusa liar.
Dalam pengejaran terhadap rusa itu, kelima Pandawa merasa haus. Yudistira pun menyuruh Sadewa mencari
air minum. Karena lama tidak kembali, Nakula disuruh
menyusul, kemudian Arjuna, lalu
akhirnya Bima menyusul
pula. Yudistira semakin cemas karena keempat adiknya tidak ada yang kembali.
Yudistira
kemudian berangkat menyusul Pandawa dan menjumpai mereka telah tewas di tepi
sebuah telaga. Ada seekor bangau (baka) yang mengaku sebagai
pemilik telaga itu. Ia menceritakan bahwa keempat Pandawa tewas keracunan air
telaganya karena mereka menolak menjawab pertanyaan darinya. Sambil menahan
haus, Yudistira mempersilakan Sang bangau untuk bertanya. Sang bangau lalu
berubah wujud menjadi Yaksa. Satu
per satu pertanyaan demi pertanyaan berhasil ia jawab. Inilah sebagian
pertanyaan yang diajukan Yaksa pada Yudistira:
Yaksa:
Apa yang lebih berat daripada Bumi, lebih luhur daripada langit, lebih cepat
daripada angin dan lebih berjumlah banyak daripada gundukan jerami?
Yudhishthira:
Sang Ibu lebih berat daripada Bumi, Sang Ayah lebih luhur daripada langit,
Pikiran lebih cepat daripada angin dan kekhawatiran kita lebih berjumlah banyak
daripada gundukan jerami.
Yaksa:
Siapakah kawan dari seorang musafir? Siapakah kawan dari seorang pesakitan dan
seorang sekarat?
Yudhishthira:
Kawan dari seorang musafir adalah pendampingnya. Tabib adalah kawan seorang
yang sakit dan kawan seorang sekarat adalah amal.
Yaksa:
Hal apakah yang jika ditinggalkan membuat seseorang dicintai, bahagia dan kaya?
Yudhishthira:
Keangkuhan, bila ditinggalkan membuat seseorang dicintai. Hasrat, bila
ditinggalkan membuat seseorang kaya dan keserakahan, bila ditinggalkan membuat
seseorang bahagia.
Yaksa:
Musuh apakah yang tidak terlihat? Penyakit apa yang tidak bisa disembuhkan?
Manusia macam apa yang mulia dan hina?
Yudhishthira:
Kemarahan adalah musuh yang tidak terlihat. Ketidakpuasan adalah penyakit yang
tidak bisa disembuhkan. Manusia mulia adalah yang mengharapkan kebaikan untuk
semua makhluk dan Manusia hina adalah yang tidak mengenal pengampunan.
Yaksa:
Siapakah yang benar-benar berbahagia? Apakah keajaiban terbesar? Apa jalannya?
Dan apa beritanya?
Yudhishthira:
Seorang yang tidak punya hutang adalah benar-benar berbahagia. Hari demi hari
tak terhitung orang meninggal. Namun yang masih hidup berharap untuk hidup
selamanya. Ya Tuhan, keajaiban apa yang lebih besar? Perbedaan pendapat membawa
pada kesimpulan yang tidak pasti, Antara Śruti saling berbeda satu sama lain, bahkan tidak ada
seorang Resi yang pemikirannya bisa diterima oleh semua.
Kebenaran Dharma dan tugas, tersembunyi dalam gua-gua hati kita. Karena itu
kesendirian adalah jalan dimana terdapat yang besar dan kecil. Dunia yang
dipenuhi kebodohan ini layaknya sebuah wajan. Matahari adalah apinya, hari dan
malam adalah bahan bakarnya. Bulan-bulan dan musim-musim merupakan sendok
kayunya. Waktu adalah Koki yang memasak semua makhluk dalam wajan itu (dengan
berbagai bantuan seperti itu). Inilah beritanya.
Akhirnya,
Yaksa pun mengaku kalah, namun ia hanya sanggup menghidupkan satu orang saja.
Dalam hal ini, Yudistira memilih Nakula untuk dihidupkan kembali. Yaksa heran
karena Nakula adalah adik tiri, bukan adik kandung. Yudistira menjawab bahwa
dirinya harus berlaku adil. Ayahnya, yaitu Pandu memiliki
dua orang istri. Karena Yudistira lahir dari Kunti, maka
yang dipilihnya untuk hidup kembali harus putra yang lahir dari Madri, yaitu
Nakula. Yaksa terkesan pada keadilan Yudistira. Ia pun kembali ke wujud
aslinya, yaitu Dewa Dharma.
Kedatangannya dengan menyamar sebagai rusa liar dan yaksa adalah untuk
memberikan ujian kepada para Pandawa. Berkat keadilan dan ketulusan Yudistira,
maka tidak hanya Nakula yang dihidupkan kembali, melainkan juga Bima, Arjuna,
dan Sadewa.
Yudistira memiliki istri yaitu Drupadi dan Dewika, dari Drupadi
melahirkan Pratiwindya. Istri keduanya bernama Dewika, putri Gowasana
dari suku Saibya, dan
memiliki putra bernama Yodeya.
Bima
merupakan adik langsung dari Yudistira, dalam bahasa Sansekerta artinya kurang lebih adalah 'hebat', 'dahsyat',
'mengerikan'.[2] Nama lainnya yaitu Wrekudara, artinya ialah
"perut serigala",
dan merujuk ke kegemarannya makan. Nama julukan yang lain adalah Bhīmasena yang berarti panglima perang. Bima lahir dari Kunti atas restu dewa
Bayu atau dewa angin. Dalam sinetronnya diceritakan setelah ia dilahirkan,
tanpa sengaja dia dijatuhkan oleh ibunya dari pinggir tebing saat mendengar
suara auman harimau. Namun, ternyata saat didatangi didasar jurang tidak ada
sedikitpun luka yang tergores dari bayi ini.
Saat masa
kecil Pandhawa, Bima sudah ditampakkan sebagai sosok yang usil dan suka makan.
Bahkan pernah suatu kali jatah makan adik-adiknya dihabiskan karena masih
merasa kurang. Bima bisa menghabiskan makanan sebanyak apapun kecuali setelah
mendapat suapan dari ibunya Kunti, anehnya dia langsung kenyak seketika. Nafsu
makan Bima yang cenderung bisa dikatakan rakus ini menjadi celah bagi Kurawa
kecil terutama Duryudana untuk membunuhnya melalui makanan yang sudah dicampur
dengan racun yang sangat ganas.
Dari
peristiwa ini Bima malah bisa memiliki kekuatan lebih dahsyat karena setelah ia
diracun oleh Duryudana lalu dibuang ke sungai, Bima digigiti oleh pasukan ular
penunggu sungai tersebut. Ajaibnya, bisa ular-ular itu malah menjadi penawar
racun bagi Bima. Singkat cerita setelah digigiti ular beracun Bima membunuh
ular-ular tersebut dan karena itulah sang raja ular mengundangnya sebagai tamu
dan menjamunya dengan ramuan yang setiap mangkuknya akan memberikan kekuatan
sebesar kekuatan 10 ekor gajah. Dan Bima menghabiskan 7 mangkuk ramuan yang
artinya kekuatannya menjadi setara dengan 70 ekor gajah.
Meskipun
disinetron ANTV, tidak diceritakan karena keterbatasan pemeran, namun dalam
beberapa versi memiliki kekuatan yang dahsyat yaitu mampu menggendong ibunya
dan keempat saudaranya. Peristiwa ini terjdi saat pembakaran Laksagraha atau
rumah lilin yang dibakar oleh Duryudana untuk membunuh mereka. Oleh karena ibu
dan keempat saudaranya sedang tidur maka digendonglah mereka Kunti digendong dipunggungnya, Yudistira dan Arjuna berada di
lengannya, sedangkan
Nakula dan Sadewa berada dipahanya untuk melarikan diri dari terjangan api. Dalam perjalanan
tersebut, Bima memikul semua saudaranya dan ibunya melewati jarak kurang lebih
tujuh puluh dua mil.
Bima memiliki Istri yaitu
Drupadi dan Hidimbi. Dari pernikahan dengan Drupadi dikaruniai putra... Dengan
Hidimbi mereka punya anak bernama Gatotkaca yang dalam sejarah pewayangan Jawa
menjadi tokoh idola dengan jargon Otot kawat tulang besi. Semua putra Bima
harus gugur dalam pertempuran melawan Kurawa.
Bima merupakan musuh utama
Duryudana dibanding dengan saudaranya yang lain,karena menurutnya Bima yang
paling kuat diantara yang lainnya. Bimapun
bersumpah bahwa hanya dia yang akan membunuh Duryudana, hal ini selain karena
sakit hatinya pada masa kecil atas peristiwa peracunan, juga karena penghinaan
terhadap istrinya yang juga merupakan istri Pandawa, Drupadi. Atas perintah
Duryudana kepada Dursasana untuk menelanjanginya didepan umum. Dalam perang
Bharatayudha, Bima berkontribusi menyebarkan rumor tentang kematian Aswatama
sehingga dengan mudah Druna dapat dikalahkan oleh pihak Pandawa. Akhirnya
terpenuhilah sumpah Bima dengan menggunakan gada saktinya memukul paha Duryudana sampai mati.
Pandhawa yang ketiga ini merupakan anak kandung
terakhir yang dilahirkan oleh Kunti. Arjuna terkenal dengan ketampanan,
kecerdasan, kelembutannya. Arjuna berarti
"bersinar terang", "putih" , "bersih". Dilihat
dari maknanya, kata Arjuna bisa berarti "jujur di dalam wajah dan
pikiran". Arjuna lahir atas anugrah dewa Indra, pemimpin para dewa. Arjuna
adalah teman dekat Kresna, penjelmaan Dewa Wisnu. Hubungan antara Arjuna dan Kresna sangat erat,
sehingga Arjuna meminta kesediaannya sebagai penasihat sekaligus kusir kereta
Arjuna saat perang bharatayudha berkecamuk.
Sejak kecil dididik
bersama saudaranya Pandhawa dan Kurawa, Arjuna memang sudah memiliki bakat yang
luar biasa dalam memanah, dan bakat tersebut tidak yang menyamainya kecuali
Karna. Dalam suatu ujian, Drona meletakkan burung kayu pada
pohon, lalu menyuruh muridnya satu-persatu untuk membidik burung tersebut,
kemudian menanyakan apa saja yang sudah mereka lihat. Banyak murid yang
menjawab bahwa mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang
dekat dengan burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba giliran
Arjuna untuk membidik, Drona menanyakan apa yang dilihatnya. Arjuna menjawab
bahwa ia hanya melihat burung saja, tidak melihat benda yang lainnya. Hal itu
membuat Drona kagum dan meyakinkannya bahwa Arjuna sudah pintar.
Pada saat dewasa dalam
pelariannya bersama ibu dan saudaranya Padhawa yang lain dari Laksagraha (rumah
lilin) yang dibakar oleh Kurawa. Mereka semua terpaksa menyamar menjadi pendeta
brahmana. Pada suatu ketika, sekelompok brahmana berkumpul di tempat para Pandawa melarikan diri.
Mereka membicarakan sebuah sayembara yang akan diadakan di Kerajaan Panchala. Para
Pandawa datang ke tempat sayembara dengan menyamar sebagai kaum brahmana. Raja Drupada dari Panchala mengadakan sayembara untuk
mendapatkan Dropadi,
putrinya. Sebuah ikan kayu diletakkan di atas kubah balairung, dan di bawahnya
terdapat kolam yang memantulkan bayangan ikan yang berada di atas. Aturan
menyebutkan bahwa siapa pun yang berhasil memanah ikan tersebut dengan hanya
melihat pantulannya di kolam, maka ia berhak mendapatkan Dropadi.
Berbagai
kesatria mencoba melakukannya, namun tidak berhasil. Ketika Karna yang
hadir pada saat itu ikut mencoba, ia berhasil memanah ikan tersebut dengan
baik. Namun ia ditolak oleh Dropadi dengan alasan Karna lahir di kasta rendah.
Arjuna bersama saudaranya yang lain menyamar sebagai Brahmana, turut
serta menghadiri sayembara tersebut. Arjuna berhasil memanah ikan tepat sasaran
dengan hanya melihat pantulan bayangannya di kolam, dan ia berhak mendapatkan
Dropadi. Ketika para Pandawa pulang membawa Dropadi, mereka mengaku telah
membawa sedekah. Kunti—ibu para Pandawa—yang sedang sibuk, menyuruh mereka
untuk membagi rata apa yang sudah mereka dapatkan.
Sempat shock, Arjuna mengalah hanya memberikan Drupadi untuk kakaknya saja
Yudhistira. Namun, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kunti, maka dalam film
diceritakan Drupadi bersumpah menikahi
semua Pandawa. Pandawa membuat kesepakatan dan berjanji tidak akan mengganggu
Drupadi ketika sedang bermesraan di kamar bersama dengan salah satu dari
Pandawa. Hukuman dari perbuatan yang mengganggu adalah pembuangan selama satu
tahun.
Ternyata hal ini dengan sengaja dilanggar Arjuna demi keamanan
Indraprastha kerajaan baru yang Pandawa bangun. Sehingga konsekuensinya adalah
ia harus menjalani pembuangan selama setahun. Meski demikian, dalam pembuangan
ini Arjuna menjadi lebih “Wow”, ya
maksudnya lebih mature, sakti, bijaksana, tampan, dan memiliki banyak isteri.
Hehe. Dalam film emang yang diceritakan yang paling penting aja yaitu
pernikahan dengan Subadra. Dan pernikahan yang lain Cuma disinggung sedikit
seperti dengan Ulupi,
putri Naga Korawya dari istana naga atau Nagaloka. Arjuna terpikat dengan
kecantikan Ulupi lalu menikah dengannya.
Dari hasil perkawinannya, ia
dikaruniai seorang putra yang diberi nama Irawan. Citrānggadā memiliki seorang putra
yang diberi nama Babruwahana. Oleh karena Arjuna terikat dengan janjinya
terdahulu, maka ia meninggalkan Citrānggadā setelah tinggal selama beberapa
bulan di Manipura. Ia tidak mengajak istrinya pergi ke Hastinapura. Mengapa pernikahan dengan Subadra ini penting karena
dari Subadra-lah keturunan Padhawa yang masih bisa terselamatkan dari perang
Bharatayudha yaitu anak Abimanyu atau cucu Arjuna yang bernama Parikesit bisa
bertahta meneruskan kerajaan Hastinapura.
Diantara Pandhawa memang Arjuna yang paling prihatin.
Maksudnya dia bisa menahan kantuk dan lapar sampai berhari-hari untuk suatu
alasan yang penting. Dan kuat bertapa paling lama sehingga dikasihi para dewa,
berkat keprihatinannya ini, Arjuna dianugrahi banyak senjata sakti serta 7
istri dinirwana (bidadari) dan 7 isteri dibumi serta bonus isteri yang lain,
hehe .
Arjuna
mempunyai banyak sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan atas jasanya
ataupun atas keuletannya yang selalu berguru kepada banyak pertapa. Berikut
sebagian kecil istri dan anak-anaknya:
1.
Dewi Subadra, berputra Raden Abimanyu
2.
Dewi Sulastri, berputra Raden Sumitra
3.
Dewi Larasati, berputra Raden Bratalaras
4.
Dewi Ulupi atau Palupi, berputra Bambang Irawan
5.
Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa
dan Kumalasakti
6.
Dewi Ratri, berputra Bambang
Wijanarka
7.
Dewi Dresanala, berputra Raden Wisanggeni
8.
Dewi Wilutama, berputra Bambang
Wilugangga
9.
Dewi Manuhara, berputra Endang Pregiwa dan Endang
Pregiwati
10. Dewi Supraba, berputra Raden Prabakusuma
11. Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa
12. Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada
13. Dewi Maheswara
14. Dewi Retno Kasimpar
15. Dewi Dyah Sarimaya
Konon malah ada yang mengatakan Arjuna memiliki sebanyak
41 isteri. bukan berarti dia seorang
playboy, tapi karena pesonanya yang terlalu besar dan sifatnya yang lemah
lembut sehingga membuat para putri merasa terhormat dipersuntingnya.
Maklum 5000 tahun yang lalu belum ada kesetaraan jender,hehe. Ya, saya rasa ini
berkah dari keprihatinannya dimasa muda. Pantaslah tidak semua orang bisa
melakukannya. Ya, begitu katanya..
Dalam perang Bharatayudha, Arjuna yang paling berhasil
membuat pertahanan Kurawa runtuh karena berhasil membunuh 2 orang terkuat yaitu
Bhisma atas bantuan Srikandhi dan Karna atas bantuan Dewa Indra dan Krisna.
Nah, pemeran Arjunapun juga begitu tampa sampai punya acara reality show di
Indonesia. Tapi menurut saya pribadi, saya masih suka dengan pemeran Bisma
karena muka bijaksananya dan pengaruh karakter yang diperankannya yaitu setia
pada sumpah. Entah aslinya apa bener2 setia juga? Agak kecewa karena tidak ikut
roadshow di Indonesia, maklum soalnya beda angkatan dengan Pandhawa ya..
Anyway, tetep apreciate sama ANTV.
Oke, sementara 3 pandhawa
dulu, 2 Pandhawa yang lain akan saya teruskan dilain kesempatan yang semoga
nggak terlalu jauh dibandingkan sebelumnya, hehe
Karakter Sebelumnya:
- Karakter dalam Mahabharata (1)
- Karakter dalam Mahabharata (2)
- Karakter dalam Mahabharata (3)
- Karakter dalam Mahabharata (4)
Karakter Selanjutnya:
mahabrata memang film yang menarik
BalasHapusbetul
Hapus