Ibu dan Bibi Pandhawa-Kurawa
Terima kasih sebelumnya saya ucapkan
untuk pengunjung blog yang setia membaca seri posting Karakter dalam
Mahabharata. Memasuki bulan agustus ini, karakter yang akan saya bahas
selanjutnya dari serial Mahabharata di ANTV adalah ibu dan bibi pandhawa dan
kurawa. Mari disimak..
Gandhari
Setelah Destrarastra beranjak dewasa, sebagai anak tertua tentu
saja dia dulu yang pertama kali dinikahkan sebelum adik-adiknya. Namun hal ini
disalahpahami oleh keluarga kerajaan Gandara dan sang putri yang akan
dinikahkan yaitu Gandari. Mereka berpikir bahwa lamaran dari Bisma yang Agung
tersebut mewakili Pandhu sehingga Gandari begitu senang mendengar ada kabar
lamaran dari kerajaan Hastina Pura.
Namun kegembiraan itu tak
berlangsung lama karena dari mulut Bisma sendiri terucap “Bagaimana kalian
(kerajaan Gandara, red) bisa berpikir lamaran ini untuk Pandhu? Jika saudara
yang tertua adalah Destrarastra?” eaa..
runtuhlah harapan Gandari dan keluarga untuk menikah dengan pangeran tampan dari kerajaan terbesar
pada zamannya yaitu Hastina Pura. Terlebih putri tercantik (pada zamannya juga)
Gandari akan dinikahkan dengan seorang yang buta? Sungguh tak terbayangkan.
Namun mustahil untuk menolak lamaran tersebut, karena jika menolak itu berarti
perang. Bagi negara kecil seperti Gandara tentu akan kalah dibanding dengan
kekuatan Hastina Pura yang dipimpin oleh Bisma yang Agung. Meski sempat kecewa
berat, Gandari segera bisa menerima
keadaan calon suaminya yang notabene seorang pangeran buta.
Penerimaan ini tidak sekedar mau menikah
dengan pria buta, tapi juga bersedia merasakan dunia orang buta dengan segala
kegelapannya. Saking tingginya komitmen seorang Gandari untuk menjadi istri
yang setia bagi suaminya, tanpa berrembug
bahkan sebelum ketemu melihat rupa tampan suaminya yang buta itu, Gandari sudah
mengambil keputusan bersumpah untuk menutup mata selamanya. Sehingga dihari
pertemuan kedua mempelai, dari pihak laki-laki yaitu kerajaan Hastina Pura
sangat kaget melihat keadaan Gandari yang menutup mata dengan sehelai kain. Hal
yang dilakukan Gandari dianggap penghinaan atas kebutaan Destrarastra. Mereka
menilai hal yang dilakukannya sebagai penolakan secara halus atas pernikahan
itu.
Meski awalnya dianggap tindakan
konyol, akhirnya pihak Hastina Pura bisa mengerti sumpah yang dilakukan Gandari
setelah ia membandingkan sumpahnya dengan sumpah melajang selamanya milik
Bisma. Begitupun Destrarastra yang sempat membenci istrinya itu lama kelamaan
memahami dan mau mengerti meski Gandari harus melalui korban perasaan yang
mendalam terlebih dahulu untuk memenangkan cinta suaminya.
Apakah sampai disitu saja? Belum!
Pengorbanan perasaan Gandari terus berlangsung terutama setelah mengetahui
dirinya hamil buah cinta dengan suaminya. Sebagai informasi, putri Gandari ini
tak hanya cantik tapi juga rajin beribadah terhadap dewanya yaitu dewa Shiwa.
Sebagai balasan atas ketaatannya tersebut Sang Dewa menghadiahkan anugrah
kepada Gandari sebagai wanita yang bisa melahirkan 100 orang putra. Namun
bagaimana cara kelahirannya? Itu yang jadi masalah rumah tangganya. Kehamilan
Gandari ternyata berlangsung dalam waktu yang terlalu lama. Bila kehaliman pada
umumnya cukup 9 bulan saja, kehamilan ini
memerlukan waktu hampir 2 kalinya. Sehingga membuat gusar orang
disekitar, bahkan menurut kepercayaan seperti yang dikatakan guru Kripa bahwa
bayi yang lahir lebih dari waktu pada umumnya kelak akan membawa sial.
Hal itu membuat Destrarastra
kembali emosi pada istrinya terlebih mengetahui Pandhu sudah memiliki seorang
putra bernama Yudhistira dari Kunti. Destrarastra tidak bertindak bijaksana
dengan semakin ingin menyakiti hati Gandari dengan menduakan cintanya. Tak
tanggung-tanggung wanita yang akan dijadikan madu bagi Gandari adalah asisten
rumah tangga yang sekaligus kepercayaannya. Kelak anak yang dilahirkan wanita
ini dengan Destrarastra akan berada dipihak Pandhawa dalam perang Baratayudha.
Melihat perlakuan suaminya
menjadikan Gandhari stres berat dan memukul-mukuli perutnya sambil berujar jika
tidak mau keluar maka ambil saja nyawa ibumu. Seketika perutnya mengalami
kontraksi yang hebat dan saatnya untuk melahirkan. Akan tetapi pada saat
kelahiran yang dilahirkan bukanlah seorang bayi namun segumpal daging. Singkat
cerita Satyawati tahu bahwa ini bukan daging biasa, dalam segumpal daging ini
menyimpan 100 janin anak manusia. Oleh
sebab itu, ia meminta bantuan anak pertamanya dengan suaminya terdahulu yaitu
begawan Byasa untuk melakukan ritual mengubah gumpalan daging tersebut menjadi
bayi manusia. Berhasillah ritual tersebut sehingga lahirlah para Kurawa.
Penderitaan Gandhari masih
berlanjut, ketika mendapati anak-anaknya sudah beranjak dewasa dan berperang
dengan Pandhawa, ia harus menjadi saksi atas tewasnya anak-anaknya satu per
satu di di medan Kurusetra. Saat jumlah putranya semakin sedikit, kasih sayang
seorang ibu tak rela melihat semua anaknya tewas. Untuk itu menghindari atas
tewasnya Duryudhana, ia meminta putranya itu untuk menghadap menerima kesaktian
pemberiannya. Kesaktian itu berupa ilmu kebal yang tidak mempan dengan senjata
apapun. Untuk mendapat ilmu itu itu Duryudhana harus bertelanjang bulat. Sayang
(untungnya) waktu akan menghadap ibunya Duryudhana bertemu Krishna yang sedikit
mengejek tingkah memalukan Duryudhana. Sehingga dengan perasaan malu Duryudhana
menutup sehelai kain dari mulai pusar sampai ke pahanya.
Belum sempat melepas bagian tersebut, ibunya
sudah membuka tutup matanya dan melakukan “scanning” kesekujur tubuhnya. Sontak
Gandhari kaget mengapa ada bagian tubuhnya ada yang tertutup kain? Nasi sudah
menjadi bubur, Gandhari bilang “ tubuhmu akan kebal kecuali pada bagian yang
tidak terkena penglihatanku tadi”. Benar apa yang dikatakan Gandhari akhirnya
nyawa Duryudhana hilang dengan pukulan gadha dari Bima pada bagian pahanya.
Kunti
Berbeda dengan Gandhari mewakili penderitaan seorang wanita,
Kunti menggambarkan kebaktian dalam menjalankan peran seorang wanita. Lihat
saja ketika ia akan dicarikan jodoh melalui sayemwara, dengan halus ia ingin
menolak sebab mengkhawatirkan keadaan ayahnya tanpa dirinya di Kuntiboja.
Demikian pula saat menjadi istri dia juga memiliki ketabahan yang tinggi karena
rela dimadu disaat usia pernikahannya baru beberapa hari. Dan ujian terberatnya
adalah saat berperan menjadi seorang ibu adalah melihat anaknya yaitu Karna
ditangan anaknya yang lain yaitu Arjuna.
Dari ketiga perempuan ini, memang Kunti-lah
yang menurut saya memiliki karakter paling unggul. Jika kedua karakter yang
lain yaitu Gandari dan Madri adalah benar-benar putri kerajaan, diceritakan
Kunti adalah putri “pungut” atau sekadar anak angkat dari raja. Itu sebabnya
ketika Pandhu hendak melamar Kunti, ibu Ratu Satyawati agak keberatan karena
Kunti bukan berasal dari darah biru. Namun dengan kepiawaian Bisma meyakinkan
ibu ratu bahwasannya Kunti memiliki kelebihan sifat yang sabar.
Ada rahasia besar masa lalu Kunti yang ingin diungkapkan pada suaminya, Pandhu. Rahasia tersebut adalah kelahiran Karna atas berkah dewa Surya dimana saat itu Kunti masih gadis dan belum menikah. Kelahiran Karna merupakan hasil iseng dari sebuah mantra anugrah Resi Duwasa atas kesabaran Kunti menjadi asistennya selama beberapa tahun. Konon,setelah Karna dilahirkan Dewa Surya yang notabene ayah Karna mengembalikan lagi keperawanan Kunti. Karena kecerobohannya itulah terpaksa ia harus membuang Karna di sungai. Dan bertemu lagi dengan keadaan bermusuhan dengan putra-putranya yang lain.
Kunti termasuk wanita yang memegang
peran kunci dalam serial Mahabharata, mengapa? Sederhana. Dengan keadaan
terkutuknya Pandhu bila berhubungan intim dengan wanita akan mati, dengan kata
lain Pandhu adalah pria impoten. Kelima
putranya yang disebut Pandhawa merupakan anak Kunti dengan para dewa yang
berbeda-beda berdasarkan keinginan suaminya Pandhu. Dimana kelima Pandhawa
tersebut mewarisi sifat genetik sang para dewa bukannya Pandhu. Meski secara
silsilah Pandhawa adalah keturunan dinasti Kuru, namun secara biologis Pandhawa lima adalah anak dewa dengan segala
keutamaannya. Itu artinya jika Kunti
tidak pernah menerima berkah tersebut, para Pandhawa tidak akan pernah ada.
Kunti adalalah perempuan yang
baik hati, dari awal perkenalan, karakter Kunti digambarkan peduli pada kehidupan
makhluk lain yaitu dengan membatalkan seorang pemburu yang hendak memanah
seekor Rusa. Kebaikan yang lain adalah ketika ia melarang Pandhu untuk tidak
menuruti Madri saat meminta membunuh Rusa. Kebaikan lain yaitu tetap mengikuti
Pandhu meski sudah tidak menjadi raja dalam mengasingkan diri dihutan. Dan kebaikan yang paling terlihat dari diri
Kunti adalah saat Madri tidak bisa punya anak karena kutukan Pandhu, Kunti
memberikan rahasia mantranya untuk diucapkan Madri demi kelahiran putra
selanjutnya yaitu Nakula dan Sadewa.
Selain baik hati, Kunti juga
wanita yang disiplin. Ini terlihat dari caranya mendidik Pandhawa untuk
menjunjung nilai korsa, kebersamaan dan kerjasama terutama setelah mereka
menjadi yatim. Contohnya ketika Bima dihukum karena berantem dengan Duryudhana,
walaupun seharusnya Bima saja yang dihukum tapi Kunti menyuruh semua putranya
menanggungnya juga. Perintah Kunti adalah laksana perintah dewa bagi Pandhawa,
ini menunjukkan bahwa Pandhawa adalah para ksatria yang berbakti pada ibu. Sayang,
karena itu juga Kunti ceroboh dengan harus membagi “hadiah” Arjuna dari
memenangkan Drupadi dalam sayemwara untuk saudaranya yang lain juga.
Madri
Istri kedua Pandhu ini dalam serial Mahabharata ANTV
hanya dihadirkan sebentar saja yaitu sesaat setelah pernikahan Kunti hingga
kematian Pandhu. Karakter dari perempuan ini adalah seorang putri yang terbiasa
hidup mewah dan manja sehingga selalu ingin dinomorsatukan. Karakternya
terlihat pada saat perkenalannya dengan Kunti. Awalnya ia memasang muka lugu untuk
tidak bermaksud mencuri Pandhu dari Kunti karena ia awalnya tidak tahu bahwa
Pandhu sudah beristri. Namun setelah Kunti rela menerima kehadirannya dan tidak
menganggapnya sebagai saingan, Madri malah berusaha mengambil posisi sebagai
ratu. Meski bukan ratu secara formal di istana Hastina Pura, tapi dia berusaha
menjadi ratu dihati Pandhu dengan memanfaat kemudaannya.
Kecintaannya pada hidup mewah juga terlihat saat Madri
menjadi sebab dikutuknya Pandhu dengan meminta kulit Rusa sebagai asesoris
kecantikannya. Selain itu hedonismenya juga terlihat ketika ia protes waktu
Pandhu bermaksud mengasingkan diri kehutan. Jika bukan karena Kunti bersedia
mengikuti suaminya, mungkin Madri juga tidak mau ikut hidup dihutan dengan
segala penderitaan hidup jauh dari kemewahan istana.
Akhirnya,Madri mengakui bahwa menjadikan Kunti sebagai
saingan adalah diluar kemampuannya. Merasa bahwa kutukan yang tertimpa pada
suaminya adalah akibat permintaannya yang konyol, mengakibatkan mustahil bagi
suaminya untuk menghamilinya dan melahirkan anak dari rahimnya. Sedangkan
Kunti, selain melarang suaminya untuk membunuh Rusa (yang berarti mencegah
kutukan terjadi), Kunti bisa memberikan anak bagi Pandhu dan keturunan serta
raja bagi dinasti Kuru tanpa harus berhubungan badan dengan seorang pria
melalui mantra ajaibnya. Terlebih setelah Kunti madunya yang baik hati ini juga
mempersilakannya memiliki putra juga seperti dirinya dengan memberikan mantra
tersebut untuk kelahiran Nakula dan Sadewa melalui rahim Madri.
Nafsu yang dimiliki Madri tak mampu dikendalikan seperti
Kunti mampu mengendalikan dirinya. Gimana nggak? Iri dan dengki, hedonisme, dan
terakhir nafsu sexual yang membara inilah yang akhirnya membuat rasa
bersalahnya semakin besar atas kematian suaminya. Adalah suatu takdir ketika
kebetulan Pandhu dan Madri hanya berduaan ditaman bunga setelah 15 tahun lebih
pernikahan, terperciklah nafsu sexual diantara keduanya. Otomatis waktunya
kutukan Pandhu menjadi nyata hari dimana dia berhubungan sexual dengan istrinya
Madri sekaligus menjadi hari kematiannya juga.
Sebagai wujud rasa bersalahnya, Madri meminta Kunti untuk
memberikan hak mengurus jenazah Pandhu diberikan pada dirinya. Namun, kali ini
Kunti meminta maaf sebab mengurusi jenazah suami adalah hak istri pertama dan
untuk ini Kunti tidak ingin melepas haknya. Kecewa karena rasa bersalahnya
tidak mampu ia tebus, bagi Madri sudah tidak ada artinya hidup didunia tanpa
suami dan menanggung rasa bersalah seumur hidupnya. Maka tanpa perlu waktu lama
belum sampai jenazah Pandhu dibakar, Madri menyusul kematian suaminya juga.
Karakter Sebelumnya:
Karakter Sebelumnya:
Karakter Selanjutnya:
Ra tau nonton mahabharata.....
BalasHapusaku ra po po
Hapus