Ayah dan Paman Pandhawa - Kurawa
Untuk karakter berikutnya dalam
Mahabharata versi ANTV yang hendak saya bahas selanjutnya adalah ayah dan paman
dari Pandawa dan Kurawa yaitu Destrarastra, Pandhu, dan Widura. Ketiga orang
tersebut merupakan putra dari anak Satyawati yang bungsu yaitu Wicitrawirya.
Mereka bertiga terlahir dari 3 ibu yang berbeda dan bisa dikatakan bukan anak
biologis Wicitrawirya melainkan melalui upacara yang dikenal dengan upacara
Niyog. Dimana upacara ini diadakan oleh resi Byasa yang merupakan anak dari
Satyawati pertama sebelum menikah dengan prabu Santanu, yang juga masih punya
darah keturunan bharata dari ayahnya. Yap! Langsung saja..
Ayah dan paman Pandhawa-Kurawa |
1.
Destrarastra
Pangeran yang
terlahir dari ibu Ambika ini telah buta sejak lahir akibat dari ibunya yang
menutup mata disaat upacara niyog. Meski demikian Destrarastra digambarkan
memiliki perawakan yang kuat yang setara dengan tenaga seratus gajah. Disisi
lain bisa dikatakan karakternya sangat lembek dan subjektif tidak cukup
bijaksana sebagai pemimpin yang baik. Sebagai anak pertawa bangsa Kuru memang
seharusnya ia menjadi seorang raja, namun karena cacat fisik maka kekuasaan
diberikan kepada adiknya Pandhu. Sayang, Pandhu mati muda sehingga terjadi
kekosongan kekuasaan, oleh sebab itu Destrarastra diminta menggantikan Pandhu
sebagai raja tapi hanya untuk sementara waktu.
Destrarastra, Ayah Kurawa |
Destrarastra
menikah dengan seorang putri yang bernama Gandari yang diberkahi dengan 100
anak dari dewa Shiwa. Ia sempat merasa beruntung, karen selain memiliki istri
cantik, menjadi ayah dari 100 anak merupakan kebanggaan yang luar biasa. Namun
kegembiraannya itu tak berlangsung lama ketika mengetahui calon istrinya
menutup mata dengan sehelai kain. Dia menilai bahwa perbuatan Gandari telah
menghina kebutaannya dan meminta istrinya untuk menghentikan kekonyolan itu.
Namun Gandari sudah bersumpah bahwa apa yang dilakukannya ini adalah wujud
kesetiaan seorang istri. Meski sempat marah dan tidak mau menggauli istrinya,
Destrarastra akhirnya tersadar bahwa rasa cinta istrinya sangat besar.
Karakter lembek
Destrarastra terlihat pada saat kelahiran putra pertamanya Duryudana, dimana
senior bangsa Kuru yaitu Bisma dan Kripa termasuk adiknya Widura memiliki
firasat buruk tentang bayi yang lahir ini. Bahwa suatu hari akan menadi
malapetaka dimasa depan. Untuk itu mereka menyarankan Destrarastra agar
membunuh anak pertamanya itu (Toh, masih sisa 99, kan? Hehe). Namun dia
menolak, karena rasa cinta kasih seorang ayah yang terlampau besar. Karakter
lembek yang lain adalah ketika ia tidak bisa mendidik anak dengan baik sehingga
lebih banyak dididik oleh adik iparnya Sangkuni yang jahat ya semakin jahat deh
anaknya. Kelembekannya terlihat ketika Dursasana berusaha menelanjangi Drupadi
istri Pandhawa didepan umum, namun ia sebagai raja tidak bisa berbuat apa-apa. Termasuk
saat keseratus anaknya harus mati dipertempuran Kurusetra, iapun tak bisa
berbuat apa-apa. Terlebih kejahatan putra-putranya yang terlampau berat
sehingga tidak ada alasan untuk membiarkan Kurawa tetap hidup.
Karakter dari
Destrarastra ini adalh tokoh pertama yang mendapat diskriminasi, kecacatan fisiknya
tidak mempersilakannya menjadi raja. Namun alasannya memang masuk akal
bagaimana bisa melihat keadilan kalau melihat dunia saja tidak bisa. Meski bisa
menjadi raja, namun maksudnya? Raja sementara waktu? Tapi kok lama ya? agak
aneh
Karakter
manusiawi namun juga lembek subjektivitas sifat seorang ayah membutakannya
untuk melihat realitas sebab akibat dan yang terpenting melihat keadilan. Repot
kalau punya raja atau presiden macam begini. Dia berusaha membela anaknya
walaupun membela kejahatan karena tidak bisa berpikir jernih.
2.
Pandhu
Pangeran
sekaligus raja Hastina Pura ini merupakan ayah dari para Padhawa. Dalam kisah
cerita ia dilahirkan oleh ibu Ambalika dalam keadaan yang lebih baik dari kakak
tirinya Destrarastra. Meskipun dalam sinetron di AnTV tidak diperlihatkan
secara kentara kelemahan fisiknya seperti halnya Destrarastra, namun ada yang
menyebutkan karena ketika upacara Niyog Ambalika dalam keadaan pucat, maka anak
yang dilahirkan yaitu Pandhu menderita Anemia. Ada pula versi yang menyatakan Pandhu
terlahir dalam dalam keadaan “tengeng” (leher berpaling), karena ibunya
memalingkan wajah saat upacara berlangsung.
Pandhu, Ayah Pandhawa |
Pandhu sangat
nge-fans pada kakaknya Destrarastra bahkan ia tidak sempat berpikir untuk ingin
menjadi raja saat sebelum upacara penobatan. Namun, ketika penobatan
Destrarastra gagal karena alasan kebutaannya, secara otomatis Pandhu-lah yang
menggantikan. Orde kerajaan Hastina
Pura yang dipimpin Pandhu cukup singkat,
setelah menikah dengan Kunti tak lama kemudian ia mendapat panggilan perang
untuk membantu negara tetangga. Tak disangka tak dinyana, ditinggal suami berperang
belum sempat malam pertama pengantin, Pandhu membawa madu baru yang bernama
Madri. Walau hatinya hancur, Kunti tetap tabah dan menunjukkan martabatnya
sebagai Ratu yang baik menerima Madri
dengan tangan terbuka sebagai madu barunya.
Sayang, isteri
kedua Pandhu yaitu Madri tidak membawa keberuntungan malah membawa petaka
baginya. Walau cantik dan lebih muda namun rasa irinya pada Kunti yang scara
seorang Ratu dan istri pertama Pandhu membuatnya merasa bahwa Kunti adalah
saingannya. Sering kali untuk memuluskan permintaannya pada Pandhu selalu
diembel-embeli “Aku tidak meminta tahta sebagai seorang ratu, aku hanya ingin
kamu melakukan ini untukku”. Hal inilah yang menjadi awal mula keapesan Pandhu,
ketika mereka bertiga (Pandhu, Kunti, dan Madri) berbulan madu kehutan, tanpa
sengaja mereka melihat sepasang rusa yang cantik. Spontan Madri meminta
suaminya untuk menangkapkan rusa itu agar bisa dikuliti dan dijadikan perhiasan
fashion-nya. Namun, mendengar hal itu Kunti tidak setuju dan meminta Pandhu
agar membiarkannya lepas.
Sebagai
pembelaan Madri tidak mau kalah, maka ia menggunakan jurus andalan kalimat “Aku
tidak meminta tahta sebagai seorang ratu, aku hanya ingin kamu melakukan ini
untukku”. Sempet ‘gedeg’ juga ya.. sama ni cewek, biarpun lebih cantik dari
Kunti tapi namun perilakunya egois. Tapi, apalah daya suami yang ingin
membahagiakan istri, nalarnya pun tidak dipakai. Alih-alih mendengar permohonan
istri pertamanya yang lebih bijaksana, malah ia melakukan permintaan istri muda
yang meminta karena nafsu hedonis. Singkat cerita terbunuhlah kedua rusa itu
hanya dengan satu panah. Dan ternyata, sang rusa berubah wujud menjadi seorang
Resi yang dikenalnya bernama Kindhama bersama istrinya. Keduanya sedang
bercinta namun dalam perwujudan hewan Rusa. Nah, mengetahui telah melakukan
kesalahan fatal, maka Pandhu meminta maaf atas kesalahannya itu. Nasi
sudahmenjadi bubur, sang resi terlanjur sekarat dan menyumpahi bahwa jika
Pandhu bercinta dengan wanita maka ia akan mati. Eaa..
Karena sumpah
selalu jadi kenyataan, maka daripada tidak bisa memberi keturunan bagi dinasti
Kuru , Pandhu memilih mengasingkan diri kehutan ditemani kedua istrinya. Pihak
kerajaan dan rakyat hanya tahu bahwa kejahatan Pandhu hanya membunuh tanpa tahu
kalau ia juga disumpahi. Maka rahasia ini hanya milik mereka bertiga.
Sesampainya dihutan, Kunti curhat pada suaminya bahwa ia memiliki anugrah bisa
memiliki anak tanpa harus berhubungan intim dengan laki-laki hanya dengan
membayangkan dewa dan anaknya nanti akan memiliki sifat dewa itu. Pandhu
bahagia mendengarnya dan meminta Kunti untuk punya beberapa anak yang nantinya menjadi pewaris
dinasti Kuru.
Terwujudlah
keinginan Pandhu, namun setelah 15 tahun berlalu. Entah lupa atau apa dengan
sumpahnya, ketika pandawa lima sudah terlihat anak-anak. Pandhu melanggar
sumpah resi itu karena tertarik dengan kemolekan istri keduanya Madri.
Peristiwa inilah sekaligus mencabut nyawanya padahal disaat yang bersamaan
neneknya Satyawati dan adiknya Widura sedang dalam perjalanan untuk memintanya
kembali menjadi raja. Rasa bersalah yang mendalam muncul yang kemudian disusul
pula oleh Madri, istri penyebab kematiannya.
3.
Widura
Widura merupakan
pangeran yang awalnya kurang diinginkan oleh neneknya Satyawati karena lahir
dari seorang dayang berbeda dengan kedua kakaknya yang lahir dari kedua istri
Wicitra Wirya. Namun atas bujukan Bisma sang ratupun mau mengakuinya. Widura
adalah yang paling bijaksana diantara ketiga pangeran itu walaupun secara fisik
tidak setampan kedua kakaknya, tapi pendapatnya selalu didengar bahkan sampai
dimedan perang Kurusetra.
Widura, Paman Pandhawa dan Kurawa |
Widura merupakan orang yang
tanggap ketika timbul niat jahat di hati Dretarastra
dan Duryodana
untuk menyingkirkan para Pandawa. Maka sebelum Pandawa berangkat ke Waranawata untuk
berlibur, Widura memperingati Yudistira agar berhati-hati terhadap para Korawa dan ayah
mereka, yaitu Dretarastra. Saat keselamatan para Pandawa dan ibunya
terancam di Waranawata, berkali-kali Widura mengirimkan pesuruh untuk membantu
para Pandawa meloloskan diri dari setiap bencana yang menimpanya.
Dalam pertikaian antara Korawa dan Pandawa mengenai
masalah Hastinapura, Widura telah berusaha untuk mendamaikannya, mengingat
bahwa kedua belah pihak adalah satu keluarga dan saudara. Dalam usahanya
mencari perdamaian ia menghubungi sesepuh-sesepuh Pandawa dan Korawa, antara
lain Resi Bisma, Resi Drona, Prabu Dretarasta,
Sri Kresna, Yudistira dan
Duryodana
serta menyatakan bahwa ialah yang menulis piagam penyerahan Hastinapura dari Resi Byasa (Abiyasa)
kepada Prabu Dretarasta sebagai pemangku kerajaan setelah Prabu Pandudewanata
mangkat. Ketika perang di Kurukshetra berkecamuk, Widura
tetap tinggal di Hastinapura meskipun ia tidak memihak para Korawa.
Karakter Sebelumnya:
Karakter Sebelumnya:
Karakter Selanjutnya:
makasih mbak, lanjutannya di tunggu
BalasHapussama2
BalasHapussiip.. insyala akan disambung terus ya..
thanks :)