Tak heran jika memang banyak
tersebar lembaga-lembaga Bahasa Inggris dimana-mana yang biasanya target
marketnya adalah para siswa sekolah, mahasiswa dari Perguruan Tinggi dan
profesional perusahaan. Saya sendiri pernah merasakan suka-duka dari pengalaman
melamar pekerjaan yang menjadikan Bahasa Inggris sebagai salah satu syarat
utama. Waktu itu saya melamar pekerjaan berbagai pekerjaan bonafid melalui Job
Fair yang diadakan oleh Universitas UGM di Yogyakarta. surat lamaran yang saya
buat bisa dibilang Excellent, selain
karena menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar juga memuat
prestasi saya dan pengalaman organisasi selama berada dikampus.
Apakah saya menyerah? Tentu
tidak! Meskipun bahasa Inggris memberikan pengalaman “down” dalam melamar
lowongan BUMN. Saya tetap menyukainya karena dari Bahasa Inggris ini saya bisa
berkenalan dengan teman dari luar negeri. Selama saya bekerja sebagai Supervisor
di Department Store saya menemui dan praktek langsung berbicara bahasa Inggris dengan
orang asing. Selain itu, jauh hari sebelumnya saya pernah bersahabat dengan
seorang gadis Amerika yang bernama Marnie. Dia merupakan putri dari dosen tamu
fakultas kami yang dihadirkan dari America State University. Dia ikut bersama
ayahnya adalah dalam rangka liburan semester musim panas selama 2 bulan. Dalam
jangka waktu tersebut disini dia membuka English Conversation Club yang
memungkinkan mahasiswa-mahasiswa untuk mengasah keterampilan bercakap-cakap
dalam Bahasa Inggris bersamanya. Sayangnya meski banyak materi berguna yang disampaikan
Marnie, tapi karena kurang publikasi hanya segelintirmahasiswa saja yang
mengikuti club tersebut. Sehingga club tersebut seperti kelompok belajar yang
setiap pertemuannya hanya terdiri tidak lebih dari 8 orang.
Berlatih langsung dari
native speaker yaitu Marnie itulah semakin menambah kepercayaan diri dalam
praktek saya speaking. Untuk pekerjaan terakhir saya saja yaitu PT. Mitra Adi
Perkasa atau akrab disebut PT.MAP merupakan perusahaan swasta ritel terkemuka
di Jakarta, mempersyaratkan karyawannya bisa Bahasa Inggris. Hal itu
ditunjukkan dalam sesi wawancara agar ketika menghadapi customer luar negeri
bisa melayani secara maksimal. Contoh customer luar negeri dari perusahaan yang
pernah saya hadapi berasal dari Inggris, Perancis, Amerika, Timur Tengah, Cina,
Jepang, Korea, India, Filipina, Thailand, Malaysia, dan sebagainya.
Resign dari PT.MAP saya
memutuskan untuk melamar CPNS pada tahun 2013. Ternyata dari tes yang diajukan
tidak pernah bisa lepas dari yang namanya Bahasa Inggris. Walaupun bisa lolos
ditahapan pertama yang merupakan tes tertulis pada tahapan selanjutnya yang
terdapat wawancara, kami peserta tes diwajibkan untuk bisa mempraktekkan Bahasa
Inggris juga. Alhamdulillah, saya bersyukur saya bisa melalui tes tersebut
sehingga bisa lolos dalam ujian CPNS. Meski demikian saya tidak kan berhenti
belajar Bahasa Inggris. Karena saya rasa dengan memiliki skill bahasa Inggris
yang baik apa lagi bisa diatas rata-rata, seseorang tersebut akan memiliki
posisi lebih baik didalam karir. Sebagai contoh adalah sepupu saya yang bekerja
sebagai PNS disalah satu kementrian, dia sering diserahi amanah oleh atasannya
untuk pergi keluar negeri untuk mengurusi tugas negara seperti ke Perancis,
Inggris, Belanda, Singapura, Swiss, Amerika, dan berbagai negara lain. Hal ini
tidak menutup kemungkinan untuk saya
juga dimasa mendatang, bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar