Bisa
dikatakan profesi menjadi pegawai negeri adalah profesi yang diidamkan oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan beberapa faktor
diantaranya mendapatkan gaji pokok yang naik seiring dengan inflasi ekonomi,
tunjangan-tunjangan, dan tidak dikejar target. Sehingga proses rekrutmen setiap
tahunnya selalu dibanjiri oleh banyak peminat yang sebagian besar berijazah
sarjana. Disisi lain, Di tengah ancaman krisis ekonomi Indonesia,
sejumlah pengamat menilai tingkat produktivitas Pegawai Negeri sebagai abdi
negara dipertanyakan banyak pihak. Terutama yang terkait dengan pelayanan
masyarakat, mengingat beban defisit
dalam RAPBN 2014 semakin membengkak akibat pengeluaran rutin belanja negara
untuk biaya pegawai. Lalu
bagaimana sebaiknya sikap para pegawai negeri dan pembuat kebijakan menjawab
tantangan terhadap stigma yang tengah berkembang dimasyarakat?
Pegawai Negeri Indonesia Vs
Pegawai Negeri Negara Maju
Pegawai Negeri IndonesiaMeskipun secara umum masyarakat masih memahami pegawai negeri terbatas PNS atau Pegawai Negeri Sipil, Berdasarkan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974 dan Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian dinyatakan bahwa pegawai negeri terdiri dari:
- Pegawai Negeri Sipil (PNS)
- Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)
- Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
- Anggota pekerja BUMN dan BUMD
Dengan komposisi jumlah PNS 4.570.818
orang, TNI aktif 438.410 orang, karyawan
BUMN 585.735. atau total semuanya kurang lebih sekitar kurang dari 5% dari
penduduk Indonesia yang berjumlah 240 juta jiwa lebih. Meski jumlahnya cukup
sedikit, namun dinilai tidak efisien dan
membebani APBN karena mengeluarkan anggaran untuk sesuatu yang tidak produktif.
Data Kemenkeu mengungkapkan, sejak 2009, pendanaan pensiun PNS seluruhnya
menjadi beban APBN. Dari tahun ke tahun jumlahnya terus membengkak. Pada 2010
pemerintah mengalokasikan anggaran Rp50,9 triliun untuk program pensiun PNS.
Sementara pada 2011 naik menjadi Rp59,6 triliun. Lalu 2012 melesat menjadi
Rp66,5 triliun. Terkait kenaikan gaji itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dalam RAPBN 2014 juga menaikkan anggaran belanja pegawai sebesar 18,8%
dibandingkan 2013, sehingga anggaran belanja pegawai 2014 mendatang akan
meningkat hingga Rp 276,7 triliun.
Beberapa faktor yang
menyebabkan kenaikan ini adalah jumlah naiknya jumlah PN yang mencapai batas
usia pensiun. Selain itu, meningkatnya gaji pokok PN dan pensiunan pokok PN
juga turut membuat pengeluaran program pensiun meningkat. Hal lainnya adalah
adanya pembayaran dana kehormatan sesuai dengan PP No 24 tahun 2008 kepada para
veteran. Belanja pegawai yang besar dan pertumbuhan anggaran lebih dinikmati
birokrasi,sementara belanja pemerintah pusat pada RAPBN 2013 tumbuh sebesar 6
%, sementara belanja pegawai tumbuh dua kali lipat lebih yaitu 14 % atau Rp28
triliun. Selama 2007-2013 rata-rata belanja pusat tumbuh 15 %, sementara
belanja pegawai tumbuh sebesar 19 % atau Rp23 trilyun setiap tahunnya.
Pegawai Negeri (sumber:lihat disini) |
Lebih
jauh lagi, pertumbuhan belanja pemerintah lebih banyak dinikmati kalangan
birokrasi. Dalam RAPBN 2013 anggaran belanja pegawai mencapai Rp241 triliun.
Mengalami kenaikan signifikan sebesar Rp150 triliun bila dibandingkan anggaran
belanja pegawai beberapa tahun yang lalu, hanya berjumlah Rp92 trilun. Namun
peningkatan anggaran sebesar Rp150 triliun ini, tidak memiliki dampak
signifikan bagi perbaikan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Lalu
bagaimana jika dibandingkan dengan pegawai negeri di negara maju? Ambil contoh
Jepang dan Perancis atau yang dinilai sebagai negara yang memiliki pegawai
negeri terbaik didunia Berbeda dengan
fakta yang berkembang, sampai saat ini pegawai negeri di Prancis dan Jepang dikenal sebagai korps
yang berkualitas, kuat, diisi oleh orang-orang terbaik yang kemudian dipandang
memiliki kontribusi signifikan terhadap keadidayaan bangsanya. Walaupun Jepang
dan Prancis menerapkan sistem yang berbeda dalam pengelolaan pegawai negerinya,
tetapi keduanya punya tujuan yang sama yaitu mencetak tenaga kerja di sektor
publik yang andal dan mumpuni di bidangnya.
Pegawai Negeri di
Jepang
Keluarnya Jepang dari keterpurukan pasca-PD II dan
keberhasilannya menjadi negara industri telah banyak dianalisis sebagai buah
dari kuatnya jajaran birokrat di Negara Matahari Terbit ini. Tingkat kejujuran
PNS di Jepang telah dibuktikan secara nyata. Sementara itu, salah satu cara
untuk menekan korupsi di lingkungan birokrat ditempuh dengan berbagai cara.
Pemberian gaji yang menarik yang tidak kalah dengan pekerja kelas menengah di
sektor swasta merupakan hal penting bagi pegawai untuk bekerja dengan jujur dan
dapat menurunkan keinginan pegawai untuk mendapatkan keuntungan pribadi dari
pekerjaannya.
Sebagai ilustrasi, seorang sarjana yang diterima
sebagai PNS masa kerja 0 tahun akan mendapatkan gaji sekira 180.000 yen atau
sekitar Rp 14,5 juta, nilai itu sama dengan gaji yang diberikan oleh perusahaan
swasta di Jepang untuk kategori yang sama. Kenaikan gaji setiap tahun rata-rata sebesar
6.500 yen, atau sekirar 520 ribu rupiah, tapi kenaikan akan lebih besar apabila
pegawai mengalami kenaikan golongan, misal dari golongan 3 ke golongan 4 mencapai
nilai 31.000 yen, atau sekitar Rp 2,5 juta.
Pegawai Jepang (sumber:lihat disini) |
Jumlah pegawai negeri di Jepang saat ini mencapai 4,5
juta, 1,2 juta bekerja sebagai pegawai negeri pusat dan sekira 3,3 juta bekerja
di pemerintah daerah. Jumlah ini hanyalah 8% dari jumlah total tenaga kerja dan
angka ini masih jauh lebih rendah dibanding negara OECD lainnya (19% di
Inggris, 22% di Perancis, 32% di Swedia, 15% di Jerman dan Amerika Serikat).
Banyak literatur yang menyatakan bahwa pegnegeriawai Jepang dikenal pintar, unggul, bersih, jujur,
punya loyalitas dan dedikasi terhadap pekerjaan serta bangga dengan
pekerjaannya.
Seleksi yang sangat ketat diterapkan oleh pemerintah
Jepang sebagai upaya untuk menyaring calon yang kompeten. Apabila dilihat
berdasarkan kategori bidang studi, seleksi untuk program administrasi, hukum,
dan ekonomi, punya persentase yang lebih dramatis lagi, hanya 474 yang diterima
dari 21,037 pelamar (2,2%). posisi sebagai pejabat hanya akan diberikan kepada
pegawai yang memang dinilai lebih unggul dari pegawai yang lain. Hasil seleksi
PNS adalah indikator utama yang digunakan oleh pemerintah Jepang.
Oleh karena itu tidak mengherankan apabila PNS Jepang
akan berlomba untuk bekerja baik agar bisa mendapatkan promosi berupa kenaikan
golongan. Berangkat pagi hari dan pulang larut malam adalah pemandangan yang
biasa bagi pegawai di Jepang, baik pegawai negeri maupun pegawai swasta.
Cara kedua yang bisa dipelajari adalah tata letak
tempat duduk pegawai. Sampai dengan tingkat eselon tiga, semua pegawai
ditempatkan dalam satu ruangan yang sama bahkan untuk di beberapa pemerintah
daerah terdapat bagian yang menempatkan pegawainya dalam satu meja panjang.
Sistem ruang bersama tersebut membuat suasana pekerjaan menjadi terbuka
sehingga apa pun yang dikerjakan oleh pegawai secara jelas akan terlihat oleh
pegawai yang lain. Perjanjian rahasia antara oknum pegawai dengan klien pun
bisa terbatasi dengan pesawat telefon yang dipergunakan oleh bersama.
Upaya Peningkatan Mutu Pegawai Negeri Oleh Pemerintah
1.
Rekrutmen
& Moratorium
Tujuan
utama rekrutmen dan moratorium secara garis besar adalah mewujudkan struktur
organisasi yang efisien dan efektif, mengendalikan jumlah, kualifikasi dan distribusi
pegawai, serta meningkatkan efisiensi belanja pegawai, meningkatkan
profesionalisme PNS, serta melaksanakan rekrutmen CPNS yang transparan dan
berdasarkan kompetensi.Ke
depan, perekrutan pegawai negeri sipil hanya bisa dilakukan dengan syarat
berikut, yaitu perekrutan terlebih dahulu memiliki peta jabatan serta rencana
kebutuhan pegawai untuk lima tahun ke depan yang didukung oleh analisis jabatan
dan analisis beban kerja. Juga memiliki rencana dan melaksanakan redistribusi
pegawai serta memiliki pola rekrutmen CPNS yang terbuka, fair, bersih, efisien,
dan akuntabel. Syarat lain perekrutan hanya dilakukan oleh
kementerian-lembaga-pemerintah daerah yang anggaran belanja pegawainya di bawah
50 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Selain itu
perekrutan hanya dilakukan setelah mendapat izin dari Komite Pengarah Reformasi
Birokrasi yang diketuai Wakil Presiden.
upaya
penataan-ulang kebijakan dan sistem kepegawaian meliputi analisis jabatan, penghitungan jumlah PNS
berbasis analisis beban kerja, dan perencanaan sumber daya manusia per lima
tahun untuk setiap instansi.Penataan struktur organisasi hingga pengaturan
kembali kesejahteraan Pegawai Negeri juga telah dilakukan. Promosi jabatan secara terbuka
sudah diterapkan di beberapa kementerian, antara lain Kementerian Keuangan,
Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara - Reformasi
Birokrasi, Lembaga Administrasi Negara (LAN), Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang Jasa Pemerintah (LKPP) dan Badan Kepegawaian Negara (BKN). Hal yang hampir sama pula dilakukan oleh TNI, POLRI, dan BUMN/BUMD dengan cara berbebeda namun visi-misinya tetap sama.
2.
Budaya
Organisasi (Culture Organization)
perwujudkan good governance pada dasarnya adalah
terwujudnya pelayanan yang excellent atau pelayanan prima.Dalam menjalankan
tanggung jawabnya, pemerintah membutuhkan partisipasi seluruh rakyatnya.
Partisipasi rakyat akan tumbuh, apabila kinerja penyelenggara
negara dalam pelaksanaan fungsi pelayanan benar-benar dapat
dirasakan manfaatnya untuk kepentingan seluruh rakyatnya. Ini berarti kita berhasil
sebagai pegawai negeri, yang berarti pula keberhasilan birokrasi
pemerintah dalam menyelenggarakan misinya yang tentu berdampak terwujudnya
pelestarian kepercayaan rakyat kepada pemerintahnya. Ini yang ingin dicapai
dalam membangun bangsa yaitu rakyat percaya kepada pemerintahnya, yang berarti
terwujudnya good governance atau penyelenggaraan fungsi pelayanan yang
excellent, sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945
akan terjamin eksistensinya sepanjang masa.
Guna mencapai pelayanan yang excellent atau prima
diperlukan para penyelenggara yang
memiliki komitmen yang tinggi dalam pelaksanaan visi dan misi organiasi
pemerintah. Dengan komitmen tersebut akan muncul etos kerja setiap individu
dalam organisasi dan dengan itu akan terbangun budaya organisasi.Ada pentingnya
menerapkan budaya organisasi dalam lingkungan
Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi”
mengungkapkan hasil penelitian John P.Kotter dan James Heskett (1992) yang
menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
manajemen suatu organisasi, yaitu :
- Budaya Korporat;
- Struktur, Sistem, Rencana dan Kebijakan Formal;
- Kepemimpinan;
- Lingkungan yang teratur dan bersaing.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000,
dapat disimpulkan bahwa semua penyelenggaraan program pendidikaan dan pelatihan
bagi pegawai negeri memiliki skenario
yang sama, yaitu :
- program diklat Pegawai dilaksanakan untuk memenuhi “kompetensi tertentu” yang dipersyaratkan bagi Pegawai dalam posisinya, yang meliputi Knowledge, Skill dan Attitude;
- program diklat Pegawai dilaksanakan untuk membentuk “Pola Pikir” sebagai Pegawai negeri
Dengan dua hal tersebut di atas, peserta diklat
diharapkan memiliki “Konsep Diri” sebagai pegawai negeri dalam posisinya
masing-masing yang akan dapat membangun dalam dirinya suatu “Komitmen” yang
tinggi dalam pelaksanaan visi dan misi organisasi dimana ia melaksanakan
tugas/ditempatkan. Untuk membangun komitmen itulah sosok Pegawai harus
memiliki “Pola Pikir” yang khas sebagai penyelenggara negara dan
selanjutnya akan terbangun budaya individu / etos kerja yang tinggi dalam upaya mewujudkan misi
organisasi pemerintah.
Kesimpulan
Pegawai
Negeri di Indonesia memiliki makna ambigu dalam masyarakat kita, disatu sisi
dipuja dan diidamkan karena fasilitas dan penghasilan yang lumayan. Disisi
lain, menjadi keprihatinan karena kinerjanya dinilai kurang optimal dan menguras
APBN. Padahal, dari jumlah keseluruhan pegawai negeri yang meliputi PNS, TNI,
POLRI, dan pegawai BUMN/BUMD yang tidak lebih dari 5% dari jumlah penduduk Indonesia,
secara jumlah bila dibandingkan dengan jumlah pegawai
negeri di negara-negara maju jauh dari ideal.
Kita lihat di Jepang saja
berjumlah 8% dari jumlah penduduk dan angka ini masih jauh lebih rendah dibanding
negara Inggris 19%, Perancis 22%, Swedia 32%, sedangkan 15% di Jerman dan
Amerika Serikat. Pertanyaannya dengan jumlah yang minimal tapi mengapa masih
menjadi salah satu penyebab yang menghabiskan anggaran paling besar? Jika
seperti Jepang saja yang jumlah pegawainya lebih banyak bisa menggaji pokok 15
juta untuk yang lulusan sarjana golongan awal, tapi kenapa diIndonesia dengan
tingkat pendidikan yang sama menggaji pokok 2 sampai 4 juta saja masih menyebabkan
negara defisit? Inilah yang seharusnya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah
dan para pegawai negeri di Indonesia. Sudahkan sesuaikah penghasilan dan
fasilitas yang diterima dengan kinerja yang dihasilkan?
Negara
kita sudah reformasi. Sistem birokrasi sudah mulai mengalami reformasi semakin
baik. Namun apakah mindset perangkat negaranya sendiri sudah turut
bereformasi? Jangan-jangan mindset dan budaya organisasi sebagai pegawai
negeri zaman orde baru yang KKN dan non-produktif masih dipertahankan? atau bahkan
diwariskan dari generasi tua ke generasi muda berikutnya? Itu sebabnya mengapa
sampai kini Indonesia masih mengalami masalah untuk memajukan bangsa? Ini yang
seharusnya menyentak dalam kesadaran setiap insan para pegawai bahwasanya
fasilitas dan penghasilan mereka sumber terbesar berasal dari pajak negara yang
ditarik dari uang rakyat seluruh Indonesia. Sudah seharusnya semua itu kembali
dinikmati rakyat pula, baik melalui infrastruktur yang memadahi dan birokrat
jujur yang berproduktivitas tinggi.
Sudah selayaknya untuk direnungkan bersama dengan
mengutip kata mutiara dari salah satu Presiden Amerika, JF. Kennedy “Jangan
tanyakan apa yang dapat diberikan negara untukmu, tapi apa yang dapat kau
berikan untuk negara.” Dalam konteks ini, “Hai, pegawai negeri, sudah banyak
yang negara berikan untukmu dan keluargamu. Namun, sudah kau beri apa negara ini darimu? Apakah cukup hanya
tugas harian yang kau terima dari atasan saja? Tak bisakah melakukan inovasi
seperti pegawai negeri Jepang yang berkontribusi besar menjadikan negaranya menjadi
macan Asia. Kapankah Indonesia akan menyusulnya? Sudah saatnya,tunjukkan
prestasimu untuk negeri ini! tunjukkan rasa nasionalisme-mu untuk menjawab segala tantangan Indonesia di masa depan.
Referensi:
http://wartakota.tribunnews.com/2013/01/21/mau-tahu-jumlah-pns-di-indonesia
http://kampus.okezone.com/read/2013/10/05/367/877109/begitu-dewa-pns
http://www.neraca.co.id/article/32279/Efisiensi-APBN-Pangkas-Belanja-Pegawai/
http://www.antikorupsi.org/id/content/pegawai-negeri-sipil-di-negara-maju
http://www.antaranews.com/berita/363123/pemerintah-harus-pastikan-peleburan-bumn-akan-efisien
http://www.bandiklatjatim.go.id/artikel/42-artikel/125-budaya-organisasi-dan-pola-pikir
saatya bekerja sama untuk menunjukkan nasionalisme unggul kita apapun profesinya, terutama pegawai negeri harus bisa menjadi contoh baik bagi masyarakat
BalasHapustepat sekali! memiliki nasionalisme yang unggul layak dibutuhkan siapapun yang ada di Indonesia tercinta
Hapus