Dalam demokrasi modern seperti
sekarang ini mungkin jarang terjadi atau tidak pernah seorang presiden yang
digantikan istrinya dalam pemilihan umum. Peristiwa ini terjadi di Argentina
ketika rakyat memilih Christina karena melihat kinerja suaminya dalam
mengentaskan Argentina dari keterpurukan ekonomi yang cukup dahsyat. Argentina
pulih dari krisis ekonomi justru saat menolak dana talangan IMF. Kebangkitan
ekonomi yang terjadi tahun 2001 ini, setelah Nestor Kirchner, suami
Christina menempati tampuk kepresidenan.
Maka rakyat menginginkan hadirnya seorang pengganti minimal setara dengan
Kirchner atau mungkin lebih baik.
Beberapa pemimpin memang kemudian
tercatat sebagai calon pengganti Kirchner, tapi dalam pemilihan umum pada
Oktober 2007, Christina menang seperti Evita Peron karena keduanya memiliki kesamaan
sebagai ibu negara yang cerdas, cantik, dan berpengaruh besar terhadap karir
suaminya sebagai presiden. Ada juga yang menyamakannya dengan Hillary Clinton,
wanita yang juga memiliki ambisi besar menjadi orang nomor satu dinegaranya.
Bedanya Hillary gagal, sedangkan Christina berhasil.
Chirstina banyak mendapat
dukungan dari rakyat kecil, berbeda dengan saingannya yang lebih didukung oleh
kalangan menengah keatas. Sejalan dengan suaminya, Kirchner, dalam kampanye dia
selalu menjanjikan sebuah kebijakan ekonomi yang tidak berbeda dengan masa
Kirchner. Menurut banyak pengamat, Christina mendampingi Kirchner tidak hanya
sebagai istri dan ibu negara, melainkan juga sebagai penasihat utama Presiden.
Begitupun setelah Chirstina menjadi presiden, banyak pendukung Kirchner
berharap dia juga mendukung istrinya menjadi orang orang nomor satu di
Argentina.
Christina Elisabeth Fernandez de
Kirchner, lahir pada 19 Desember 1963 yang merupakan seorang Sarjana Hukum yang
kemudian terjun didunia politik dan terpilih menjadi senator 2 jali sebelum
terpilih menjadi presiden. Dari pernikahannya dengan Nestor mereka dikaruniai 2
orang anak Maximo dan Florencia. Tidak mengherankan bila perempuan cantik ini
tergila-gila dengan politik, sebab sejak mahasiswa dia adalah seorang aktivis
gerakan Peronis. Setelah pernikahan, Christina dan Krichner tidak hanya
mengukuhkan cinta tetapi juga cita-cita politik mereka. keduanya saling mendukung,
saat Christina menjadi senator ia memperkuat kedudukan suaminya sebagai
presiden. Begitupun Kirchner sangat aktif mempromosikan istrinya sebagai
perempuan yang berkualitas. Mereka berdua menjadi pasangan harmonis dalam rumah
tangga dan juga panggung politik.
Namun demikian Christina tidak
mau disamakan dengan orang lain, termasuk dengan suaminya. Menurutnya, segala
kekuatan dan kekurangan adalah miliknya sendiri. Dia menatakan bahwa di
Argentina membutuhkan perempuan lebih banyak lagi yang bisa menentukan
kebijakan, baik dalam pemerintahan maupun dunia usaha.
Taken from: Kisah 40 Perempuan yang Mengubah Dunia
Taken from: Kisah 40 Perempuan yang Mengubah Dunia
Taken from: Kisah 40 Perempuan yang Mengubah Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar