Januari 2014 Indonesia menangis. Belum usai dengan bencana meletusnya
digunung Sinabung, beberapa penjuru ditanah air dilanda bencana banjir dan
tanah longsor. Seperti di Jawa Tengah terutama jalur Pantura serta tak
terkecuali Jakarta sebagai ibu kota negara kini juga sedang terendam oleh air. Bencana
alam di negeri Indonesia tidak bisa dihindari. Beragam bencana banjir,
gempabumi, tsunami, tanah longsor, erupsi gunung api, iklim ekstrim, kebakaran
hutan, dan lainnya akan terus menjadi pencuri di malam hari bagi negeri ini.
Tidak ada seorangpun ilmuwan yang dapat memastikan bahwa Indonesia aman dari
bencana sehari saja. Fakta ini membuktikan bahwa bencana alam mau tidak mau
harus dikenal dan diwaspadai dampaknya, terkhusus kepada efek buruk yang
berpotensi mengancam korban jiwa. Lalu
mengapa ini semua bisa terjadi?
Penyebab dan Penanggulan
Bencana Secara Logika
Data dari United States Geological Survey (USGS)
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki tingkat
kegempaan tertinggi di dunia, 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika
Serikat. Seiring dengan berkembangnya teknologi, beragam bencana alam baru
menjadi tinjauan khusus di Indonesia. Pemanasan global, perubahan iklim, badai
magnet, dan penurunan kualitas udara menjadi bencana terbaru di abad 21.
Rangkaian bencana tersebut kini belum terlalu dirasakan dampaknya, namun akan
menjadi bencana besar ketika manusia tidak memahami dan mewaspadai hingga
menjadi bencana makro.
Upaya awal yang umumnya dilakukan oleh masyarakat umum
pra-bencana adalah melakukan mitigasi bencana. Mitigasi bencana adalah usaha
untuk mengurangi atau meminimalisir bahkan meniadakan korban dan kerugian yang
mungkin timbul akibat bencana, Titik berat diberikan pada tahap sebelum
terjadinya segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam (natural
disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made
disaster). Bencana yang tidak bisa dihindari dan berpotensi menimbulkan
banyak korban adalah bencana alam, diperkuat dengan data statistik tahun
1815-2013 yang dihimpun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menunjukkan bahwa bencana banjir, tanah longsor dan puting beliung mendominasi
jumlah bencana yang pernah terjadi di negeri ini. Usaha penanggulangan antara
lain berupa :
1.
Memperhatikan bangunan pengendali banjir (bendungan/dam atau sumur resapan)
serta kondisi sungai.
2.
Untuk jangka pendek dapat kita lakukan pengerukan dan/atau pelebaran sungai
sebagai langkah antisipatif.
3.
Meninjau ulang konstruksi bangunan di masing-masing wilayah untuk dilakukan
rekonstruksi menjadi bangunan tahan gempa.
4.
Dalam hal antisipasi tsunami, masyarakat pesisir dapat diberikan
sosialisasi sirine penanda tsunami serta dapat dicanangkan pembangunan
penghalang tsunami seperti tembok besar, karang, atau hutan mangrove skala
besar.
5.
Reboisasi dan Terasering juga dapat dilakukan untuk mencegah tanah longsor
serta kebakaran hutan. Keduanya harus terus dilakukan dalam rangka menjaga
keseimbangan ekosistem.
6.
Mitigasi berbasis kearifan lokal juga jangan diabaikan. Pembangunan rumah
adat tahan gempa Omo Hada di lereng gunung api,
Penyebab dan Penanggulan
Bencana Secara Agama & Metafisika
Bisa dibilang bencana yang kita alami masih belum
seberapa bila dibandingkan dengan bencana-bencana yang pernah ada dimasa lampau
ribuan tahun lalu. Dimana saking dahsyatnya sampai mematikan peradaban
masyarakat tertentu. Hal ini sering kali disebutkan dalam Al-quran Cerita ini
terdapat dalam surah Hud [11]: 61-68; Ibrahim [14]: 9; Al-A’raaf [7]:75-77; An-Naml [27]: 47-50; Al-Qamar [54]: 23-26; dan Asy-Syu’araa [26]:141-158.
Menurut AlQuran, kaum yang pertama kali dihancurkan adalah kaum
Nuh.selanjutnya kaum Nabi Hud (‘Ad), kaum Nabi Saleh (Tsamud), kaum Nabi Luth
yang melakukan hubungan sejenis, kemudian berturut-turut, kaum Nabi Musa
(Firaun), kaum Nabi Syuaib (Madyan). Menurut Harun Yahya dalam bukunya Jejak Bangsa-bangsa Terdahulu, umat Nabi Nuh dihancurkan
pada tahun 3000-2500 SM, kaum Ibrahim dan Luth awal tahun 2000 SM, umat Musa
tahun 1300 SM, umat Hud (‘Ad) 1300 SM dan umat Nabi Saleh (tsamud) sekitar
tahun 800 SM.
“Dan satu suara yang keras yang mengguntur menimpa
orang-orang yang zhalim itu, lalu mati bergelimpangan di tempat tinggal mereka,
seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya
kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum
Tsamud.” (QS. Hud[11]:67-68)
Mereka awalnya adalah bangsa yang berperadaban besar
yang mampu menghasilkan teknologi dan karya seni masterpiece dizamannya. Namun karena
kesombongan mereka yaitu tidak mau beriman dan mematuhi perintah nabi bahkan
mengabaikan serta membunuh para utusan Allah. Sebagian besar dari mereka
menyembah berhala yaitu kaum nabi Nuh, nabi Saleh, dan nabi Hud, serta melakukan
penyimpangan seksual seperti kaum nabi Luth. Tentu membuat sang pencipta murka
dengan mendatangkan bencana yang bagi Allah adalah suatu hal yang sangat mudah.
Kaum nabi Nuh diganjar oleh banjir, Kaum
nabi Saleh oleh petir, dan kaum nabi yang lain dihantam oleh bencana alam
dahsyat seperti erupsi gunung berapi dan gempa bumi. Ada beberapa yang
menyisakan artefak sejarah, ada juga yang tak sempat meninggalkan bekas
peradaban secuil-pun seperti peradaban Atlantis.
Belajar dari kisah Al-Quran yang telah dibuktikan oleh
sejarah, seharusnya kita bisa belajar dari semua itu. Dan dari kisah itu kita
bisa berinstrospeksi mungkin memang karena kita banyak dosa sehingga Tuhan
menimpakan bencana ini. Korupsi, prostitusi, judi, ketidak-adilan, narkotika,
minuman ber-alkohol, keserakahan, dan semua sifat setan yang bukan hal mustahil
menjadikan alasan Allah menimpakan bencana ini.
Memang kita harus bisa belajar dari pengalaman,
tsunami Aceh 2004 yang mencabut nyawa hingga 100.000 jiwa hanya dalam sekali
sapuan samudra. Menggugah hati nurani kita sebanarnya siapa yang salah? Kita ini
banyak dosa, namun anehnya kita masih sombong juga. Seperti umat terdahulu yang
mendurhakai nabinya. Mungkin kita telah mendurhakai nabi kita Muhammad karena
tidak mendengar atau cuek terhadap seruannya untuk beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT. Mari, Sering-seringlah melakukan taubat terhadap dosa besar maupun
kecil yang pernah kita lakukan. Jangan lupa tunaikan solat lima waktu, puasa,
zakat, naik haji, mengkaji Al-Quran, melakukan tindakan kebajikan, dan hindari segala larangan-Nya. Siapa tahu jika setiap
pribadi kita yang menyadari musibah ini mau berintrospeksi dan membenahi diri.
Insya Allah, Tuhan mendengar doa dan menerima taubat kita untuk mengampuni
dosa-dosa kita. Wallahua’lam bisshowab.
Referensi:
www.bmkg.go.id
http://hermadut.blogspot.com/2012/10/sisa-sisa-kehancuran-kaum-tsamud.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar