Dalam ilmu kesehatan ada 2 paradigma penting diketahui baik itu untuk tenaga medis atau masyarakat awam. Bagaimanapun, kesehatan adalah tanggung jawab siapa saja terlebih bagi mereka yang masih tergolong dalam usia produktif. Tidak dipungkiri bahwa masalah kesehatan muncul setelah seseorang memasuki usia senja. Hal ini selain disebabkan oleh daya regenerasi tubuh yang menurun, gaya hidup masa muda yang acuh tak acuh pada kesehatan juga menjadi faktor pemicu terserangnya penyakit. Bersamaan dengan itu, tulisan ini juga sebagai himbauan kepada para dokter dan tenaga medis lainnya bahwa mereka tidak hanya berperan sebagai pengobat tetapi juga penasihat masyarakat untuk gaya hidup sehat. Untuk itu saya ingin perkenalkan konsep 2 paradigma kesehatan yaitu Hygea dan Asklepios.
Istilah Asklepios dan Hygea
diambil dari mitologi Yunani, Asklepios yaitu Dewa ilmu Kedokteran, sedangkan
Hygea yang cantik adalah Dewa Kesehatan. Secara umum dalam dunia kesehatan
terdapat dua mahzab besar, meminjam istilah dari seorang dokter hebat, Dr.
Andrew Weil, yaitu penganut Hygea dan penganut Asklepios. Kedokteran modern
yang berkiblat ke dunia barat umumnya adalah penganut Asklepios yang fokus
paradigma besarnya mengidentifikasi agen-agen eksternal penyakit dan mengembangkan
senjata-senjata untuk melawannya. Dokter tipe Asklepios menguras energinya
untuk mengobati penyakit, memulihkan kesehatan dengan mengoreksi setiap cacat
yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa bawaan maupun kecelakaan/trauma dalam
kehidupan. Asklepios-isme lebih memilih “mengobati dari luar”. model kedokteran
Asklepios ini meski tidak dipungkiri menyulap ilmu kedokteran menjadi sebuah
ilmu yang sangat canggih namun juga bertanggung jawab menyeret dunia kesehatan
menjadi begitu mahal dan menguras sangat banyak sumber daya ekonomi.
Sementara yang dianggap penting
dalam kedokteran mahzab hygea adalah menemukan dan mengajarkan “hukum-hukum
alam” yang akan menggiring orang memperoleh kesehatan paripurna. Dokter tipe
Hygea mempunyai pusat perhatian yang berbeda, ia cenderung menjelajahi
cara-cara untuk menguatkan ketahanan internal untuk melawan penyakit, konsep
ini mengandaikan bahwa tubuh pada dasarnya memiliki kemampuan alami untuk
bertahan dan mengadapi bibit-bibit penyakit. Hygea-isme lebih memilih penyembuhan
dari “dalam” dengan membuat utuh, yakni mengembalika keutuhan dan keseimbangan,
karena watak dasar tubuh adalah menginginkan kesehatan.
Perdebatan antara hygea dan
Asklepios berlangsung sepanjang zaman. Konon di abad 19, dua dokter hebat yakni
Louis Pasteur dan Claude Bernard memperdebatkan tema ini, mereka saling
berselisih paham apakah yang terpenting dalam suatu mekanisme penyakit;
lahannya (tubuh manusia sebagai host) atau bibit penyakitnya (agent)? Disaat
menjelang ajalnya, Pasteur, dokter yang akrab dengan mikroorganisme di
laboratorium itu mengakui dengan mengatakan : “Bernard avait raison. Le germe n’est rien c’est letarrain qui est tout”.
(Bernard betul, kuman tidak berarti apa-apa, lahan lebih penting daripada
bibitnya).
Meski demikian perlu juga menjaga sayap keseimbangan, bahwa kedokteran
kuratif tidak boleh diarahkan menjadi ilmu kedokteran yang defensif, kehebatan
kedokteran modern menyingkap misteri-misteri anatomi fisiologi manusia harus
diteruskan seoptimal mungkin mencari, menemukan, mengelaborasi, dan memecahkan
semua teka-teki misterius tubuh manusia dan dunia penyakit. Sejalan dengan itu
juga berkembang ilmu kedokteran pencegahan yang mengajarkan tentang sistem
imunitas, interaksi pikiran tubuh, aspek-aspek kejiwaan, dan modalitas-modalitas
natural yang mungkin untuk meningkatkan imunitas dan kebugaran, dsb.
Referensi :
penggalan buku "Kenapa Rasulullah SAW tidak pernah sakit"
Referensi :
penggalan buku "Kenapa Rasulullah SAW tidak pernah sakit"